Sesampainyadi Laut Buru, Buaya Tembaga mendapatkan sambutan dari para penghuni lautan. Ia disambut dengan upacara dan doa. Mereka mendoakan agar sang penolong bisa mengusir ular itu. Lalu, Buaya Tembaga itu mulai mendekati ular besar. Ia berkeliling di pinggir laut dan mengintai pohon bintanggor. Ketika si ular sedang lengah, dengan sigap Buaya Tembaga melompat dan menggigitnya.
Betsi P. Urlialy, Desa Haruku adalah desa yang tenteram dan damai. Masyarakatnya hidup berdampingan dengan damai. Jika salah satu orang tertimpa musibah, anggota masyarakat yang lain langsung menolongnya. Desa Haruku juga memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah. Hasil hutannya sangat kaya. Begitu pula hasil lautnya. Mata pencarian masyarakat Desa Haruku ialah berkebun dan bertani. Biasanya mereka membuka lahan perkebunan di dalam hutan. Tanaman-tanaman yang mereka tanam berupa umbi-umbian, sayur-mayur, dan buah-buahan. Hasil dari berkebun mereka bawa ke Kota Ambon untuk dijual di sana. Hari itu Dominggus akan pergi ke kebun untuk memanen buah durian. Namun, beberapa hari sebelumnya, ayah dan pamannya sudah pergi untuk memanen durian. Mereka sempat mengajaknya, tetapi melihat istrinya yang sedang sakit, Dominggus mengurungkan niatnya. Pada pagi hari itu, setelah melihat keadaan istrinya mulai pulih, dia memberanikan diri untuk meminta izin kepada istrinya. “Istriku, saya mau pergi memanen durian di kebun. Mungkin setelah tiga hari barulah saya pulang. Jangan lupa minum obatmu,” kata Dominggus mengingatkan istrinya yang sedang sakit. “Baiklah. Berhati-hatilah! Semoga perjalananmu lancar. Saya akan mempersiapkan bekalmu. Tunggulah sebentar! Akan kuuntai ijuk menjadi cincin agar dapat kau hadiahkan kepada Buaya Learissa Kayeli,” kata Marice kepada suaminya. Ada rasa khawatir dan sedih dalam hatinya. Namun, dia harus melepaskan suaminya karena pada musim durian, masyarakat akan mendapat banyak keuntungan dari penjualan durian. Uang yang diperoleh dapat digunakan untuk biaya hidup sehari-hari. “Selamat pagi, Marice, bagaimana keadaanmu? Saya bawakan nasi kuning untuk sarapanmu.” Terdengar suara dari balik pintu. Mendengar suara itu, Dominggus keluar. “Oh, tante Konstanta. Mari, silakan masuk!” sambut Dominggus. Setelah mempersilakan Tante Konstanta masuk, mereka bertiga bercakap-cakap sebentar. Melihat Dominggus yang sedang bersiap-siap meninggalkan rumah, tante Konstanta menawarkan diri untuk menjaga Marice. “Kamu mau meninggalkan istrimu sendirian di rumah? Lebih baik dia tinggal bersama kami sampai kamu kembali. Toh rumah kami tidak terlalu jauh dari rumahmu. Kami khawatir terjadi apa-apa jika istrimu tinggal sendirian,” usul tante Konstanta. Dominggus berkata, “Tidak usah tante. Sepertinya Marice akan baik-baik saja di rumah.” “Janganlah kamu merasa sungkan. Kita ini kan bertetangga, sudah seperti saudara. Jika ada yang membutuhkan pertolongan, kita harus saling membantu. Pergilah bekerja dengan giat agar mendapatkan hasil yang banyak,” ucap tante Konstanta. Mendengar ucapan tante Konstanta, Dominggus merasa tenang meninggalkan istrinya. Setelah mereka makan nasi kuning yang dibawa oleh tante Konstanta, Dominggus berpamitan kepada istrinya dan tante Konstanta. Kebun Dominggus dan warga Desa Haruku berada di tengah hutan. Hutan tersebut berbeda daratan dengan Desa Haruku. Untuk dapat sampai di hutan tersebut, masyarakat Desa Haruku harus menyeberangi sebuah sungai yang bernama Learissa Kayeli. Di Sungai Learissa Kayeli, hidup seekor buaya betina. Oleh penduduk Haruku, buaya tersebut dijuluki Raja Learissa Kayeli. Buaya itu memiliki bentuk tubuh yang tidak sama dengan bentuk buaya pada umumnya. Kulitnya putih halus dan tidak bersisik. Buaya Learissa Kayeli juga tidak memiliki taring yang panjang sehingga kesan garang yang terdapat pada buaya-buaya pada umumnya tidak tergambarkan dari bentuk fisik Buaya Learissa Kayeli. Selain itu, buaya itu sangat akrab dengan masyarakat di Desa Haruku. Buaya itu sering menolong mereka menyeberangi sungai untuk pergi berkebun. Ketika Dominggus sampai di tepi sungai, air sedang pasang. Dia melihat Martinus sepupunya sedang berdiri menunggunya. “Maaf, sudah lamakah menunggu? Tadi saya makan dulu baru ke sini,” ucap Dominggus. “Tidak apa-apa. Saya juga baru sampai. Buaya Learissa Kayeli juga masih di seberang sungai. Nah, itu dia baru menuju kemari,” jawab Martinus sambil menunjuk ke arah sang buaya. “Ini, saya bawakan cincin untuk hadiah kepada sang buaya. Semoga dia menyukainya,” jawab Dominggus sambil menunjukkan sebuah cincin ijuk. Beberapa saat kemudian, sang buaya akhirnya sampai di tepi sungai. “Wahai buaya yang baik hati, sudikah engkau mengantarkan saya dan saudara saya ini menyeberangi sungai? Kami hendak memanen buah durian,” tanya Dominggus kepada Buaya Learissa Kayeli. Dengan raut wajah berseri-seri sang buaya menjawab, “Wahai Saudaraku, naiklah ke punggungku ini. Akan saya antarkan kalian berdua ke seberang sungai.” Mendengar perkataan sang buaya, tanpa ragu keduanya naik ke atas punggung Buaya Learissa Kayeli. Setelah sampai di seberang, Dominggus dan Martinus berterima kasih kepada Buaya Learissa Kayeli. “Terima kasih, wahai buaya yang baik hati. Jasamu ini akan selalu kami kenang. Ini cincin yang dibuatkan istriku untukmu. Semoga kamu menyukainya,” ucap Dominggus, sambil memasangkan cincin tersebut pada jari sang buaya. “Tak usah merasa sungkan, Saudaraku. Semoga hasil panenmu berlimpah ruah. Terima kasih atas pemberianmu ini.” Sambil menjawab perkataan Domiggus, Buaya Learissa Kayeli kembali berenang ke seberang sungai untuk mengantar penduduk lainnya yang hendak menyeberang. Dominggus dan Martinus kemudian melanjutkan perjalanan mereka ke dalam hutan untuk memanen buah durian. Hari masih pagi, tetapi air laut di Tanjung Sial telah berubah warnanya menjadi merah. Air laut yang berubah warnanya itu adalah tanda bahwa sebuah pertempuran sengit baru saja terjadi. Sesosok mayat buaya terapung di atas air dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Dari atas ranting pohon di tepi laut terdengar suara yang menggelegar. Suara yang jika didengar oleh orang atau hewan yang bernyali kecil akan membuat mereka berlari tunggang-langgang karena ketakutan. Suara itu berasal dari seekor ular bertampang sangar. Badannya besar. Taringnya menjulur ke luar mulut. Otot-otot badannya terlihat jelas pada kulitnya. “Siapa lagi yang berani melawanku? Ini wilayahku! Siapa pun yang berani melewatinya akan kubinasakan. Jangankan satu, sepuluh pun akan kutantang. Akulah sang raja ular, penguasa Tanjung Sial!” teriak si ular menantang siapa saja yang mencoba melewati wilayah kekuasaannya. Mendengar teriakan si ular besar, para buaya dan burung-burung lari bersembunyi menyelamatkan diri. “Bagaimana ini, Ketua? Buaya yang berasal dari Pulau Buru sudah dikalahkan oleh si ular besar. Padahal, dialah satu-satunya harapan kita untuk mengalahkan ular besar yang sombong itu,” ucap salah satu buaya kepada ketua buaya. “Ternyata si ular besar benar-benar memiliki kesaktian yang luar biasa. Kita harus mencari cara untuk mengalahkannya agar kehidupan kita menjadi aman dan damai. Adakah yang dapat memberi masukan untuk memecahkan persoalan kita?” jawab sang ketua buaya. Ketua buaya merasa putus asa dengan keadaan yang menimpanya dan sahabat-sahabatnya sesama buaya. Mereka harus segera menyingkirkan si ular besar karena beberapa minggu kemudian musim barat akan segera tiba. Artinya, angin akan berembus kencang sehingga menimbulkan gelombang yang besar. Jika musim barat tiba, para buaya akan kesulitan mencari makanan di tengah laut. Wilayah yang memungkinkan para buaya Pulau Seram memperoleh ikan hanyalah tepi pantai, yang saat ini telah menjadi sarang si ular besar. Setelah terdiam beberapa saat, seekor burung Elang akhirnya bersuara. “Beberapa teman yang terbang melewati Pulau Haruku sering melihat seekor buaya betina yang selalu menolong masyarakat Desa Haruku. Buaya itu biasa dipanggil Raja Learissa Kayeli.” “Bagaimana mungkin seekor buaya dapat hidup berdampingan dengan manusia?” jawab seekor buaya yang ada di situ dengan nada tidak percaya. Burung pun menjawab, “Saya tak tahu mengapa buaya itu bisa hidup di sana. Namun, menurut cerita yang saya ketahui, buaya itu memiliki hati yang baik karena suka menolong masyarakat di sana.” “Tadi kamu mengatakan bahwa buaya itu adalah buaya betina. Apakah kamu dapat menjamin bahwa buaya betina itu tidak akan mati sia-sia di tangan si raja ular?” tanya sang ketua buaya. “Saya tidak dapat menjamin apakah buaya betina itu mampu mengalahkan sang raja ular. Sebaiknya dicoba dahulu, mengingat kesaktiannya mampu tinggal berdampingan dengan manusia,” jawab burung Elang meyakinkan pendapatnya. Mendengar jawaban itu, ketua buaya Pulau Seram akhirnya menyetujui usulan burung elang. “Baiklah Saudara-Saudara sekalian, saya sendiri yang akan pergi ke Haruku menjemput Buaya Raja Learissa Kayeli. Besok pagi saya akan melakukan perjalanan menuju Haruku. Doakan saya agar mampu membujuk Buaya Raja Learissa Kayeli untuk datang ke Pulau Seram dan membantu kita melawan si ular besar.” Mendengar jawaban ketua buaya, seluruh ruangan persembunyian menjadi bergemuruh dengan sorak-sorai seluruh penghuni Pulau Seram. Matahari hampir terbenam ketika mereka sampai di Pulau Seram. Kedatangan Buaya Learissa Kayeli disambut gembira oleh buaya-buaya di Pulau Seram. Ketika sampai, Buaya Learissa Kayeli langsung mengadakan pertemuan dengan buaya-buaya yang ada di Pulau Seram untuk membahas strategi perang melawan ular besar. Setelah beristirahat sejenak, Buaya Learissa Kayeli diantar oleh ketua buaya Pulau Seram dan satu temannya untuk menemui ular besar. Ketika itu air laut sedang pasang. Buaya Learissa Kayeli langsung menegur si ular besar yang sedang tidur di atas pohon. “Hai Ular Besar, turunlah engkau dari peraduanmu. Saya datang untuk menantangmu,” ucap Buaya Learissa Kayeli kepada si ular besar. Dengan wajah merah padam karena kesal tidur siangnya diganggu, si ular menjawab, “Ha, ha, ha. Kau sudah bosan hidup rupanya! Tak tahukah kau siapa yang kau tantang? Saya raja ular di muka bumi ini. Lawan maupun kawan kuhabisi!” “Janganlah kau bertinggi hati, lebih baik kau tinggalkan negeri ini! Tak sadarkah kau telah mengusik ketenteraman di sini?” kata Buaya Learissa Kayeli. “Ha, ha, ha. Para buaya itu hanyalah kumpulan hewan-hewan yang lemah dan bodoh. Tak pantas mereka menghuni daerah ini. Lebih baik saya mati daripada harus meninggalkan negeri ini!” jawab si ular besar. “Mari kita buktikan saja siapa yang akan menang dalam pertempuran hidup dan mati ini!” tantang sang Buaya Learissa Kayeli. Pertempuran sengit pun tak terkendali. Ular besar menyerang terlebih dahulu. Dia membungkukkan badannya lalu menyerang Buaya Learissa Kayeli. Namun, Buaya Learissa Kayeli dengan lincah memundurkan badannya sehingga gigitan ular tidak mengenainya. Ketika ular dalam keadaan lengah, Buaya Learissa Kayeli menggigit badan si ular. Namun, si ular mampu melilit badan Buaya Learissa Kayeli hingga Buaya Learissa Kayeli akhirnya melepaskan gigitannya itu. Bau anyir darah menyeruak di tepi laut. Ketua buaya Pulau Seram dan temannya dengan cemas menyaksikan pertempuran itu. Mereka berharap Buaya Learissa Kayeli mampu mengalahkan ular besar sehingga mereka dapat kembali hidup dengan aman dan bahagia. Tak henti-hentinya mereka memanjatkan doa kepada Sang Kuasa agar selalu melindungi Buaya Learissa Kayeli dalam pertempuran itu. Tak terasa pertarungan antara Buaya Learissa Kayeli dan ular besar telah berlangsung selama tiga hari. Keduanya tampak lelah. Bekas gigitan di badan Buaya Learissa Kayeli dan ular besar tak terhitung lagi. Namun, mereka masing-masing tetap bertekad untuk memenangkan pertempuran itu. “Hai buaya, lebih baik kau menyerah dan pulang ke kampungmu! Saya akan mengampunimu dan membiarkanmu hidup,” teriak si ular besar berusaha mengintimidasi Buaya Learissa Kayeli. “Aku takkan pergi sebelum menyaksikan kematianmu! Dasar ular keras kepala!” jawab Buaya Learissa Kayeli. Walaupun dia merasa kelelahan dan keram pada perutnya, sang buaya tetap fokus pada tujuannya. Pada hari keempat, keduanya merasa sangat lelah. Pertarungan untuk sementara waktu dihentikan. Meskipun demikian, keduanya masih tetap dalam keadaan siaga. Ketika Buaya Learissa Kayeli sedang mengumpulkan tenaga, tiba-tiba ular menyerang. Namun, Buaya Learissa Kayeli mundur dan mengumpulkan semua kekuatan yang tersisa. Kemudian, dia mengangkat ekornya lalu memukul kepala ular dengan sekuat-kuatnya hingga seketika sang ular tak sadarkan diri. “Hai kalian berdua, inilah saatnya!” teriak Buaya Learissa Kayeli kepada ketua buaya Pulau Seram dan temannya yang menunggu di tepi pantai. “Baiklah! Menyingkirlah kau ke tepi pantai, biar kami yang menyelesaikannya!” jawab ketua buaya Pulau Seram. Seketika ketua buaya Pulau Seram dan temannya terjun ke dalam laut menuju tubuh si ular besar. Dengan sekuat tenaga mereka langsung mencabik-cabik tubuh si ular hingga tak berbentuk. Darah segar keluar dari tubuh ular besar hingga lautan pun seketika berubah menjadi merah. Melihat ular besar tak bernyawa lagi, ketua buaya Pulau Seram dan temannya langsung menuju ke pinggir pantai memeriksa keadaan Buaya Learissa Kayeli. Di pinggir pantai, sang buaya sedang merebahkan badannya. Sepertinya dia mengalami luka serius di tulang belakangnya. Ketua buaya Pulau Seram dan temannya langsung memapah Buaya Learissa Kayeli menuju tempat berkumpulnya para hewan untuk menyampaikan berita gembira. “Wahai Saudara-Saudaraku, hari ini kehidupan yang aman dan tenteram telah kembali lagi di negeri kita ini. Ular besar yang tinggi hati itu telah berhasil dikalahkan!” Dengan suara yang menggelegar, ketua buaya Pulau Seram mengumumkan kemenangan mereka. “Hore! Hidup Buaya Learissa Kayeli, hidup Buaya Learissa Kayeli, hidup Buaya Learissa Kayeli!” teriak seluruh hewan yang ada di tempat persembunyian. “Hari ini kita semua dapat keluar dari tempat persembunyian ini dan kembali bernapas lega tanpa adanya rasa khawatir. Semua kebahagiaan ini tidak mungkin kita rasakan tanpa adanya takdir dari Yang Mahakuasa yang telah mempertemukan kita dengan Buaya Learissa Kayeli,” jawab ketua buaya Pulau Seram. “Horeeee! Hidup Buaya Learissa Kayeli, hidup Buaya Learissa Kayeli, hidup Buaya Learissa Kayeli!” Ruang persembunyian kembali riuh dengan teriakan dari seluruh hewan yang mengelu-elukan keberhasilan Buaya Learissa Kayeli. Ketua buaya Pulau Seram kemudian mengajak semua hewan yang ada di dalam ruang persembunyian untuk keluar menuju pantai dan menikmati kebebasan yang selama ini mereka idam-idamkan Menyaksikan kebahagiaan yang dirasakan seluruh hewan di Pulau Seram, Buaya Learissa Kayeli seketika merasa kembali prima dan ingin segera kembali ke Desa Haruku. Sejak awal dia memang berencana untuk melahirkan anaknya di Desa haruku. “Wahai Saudaraku, nikmatilah kebahagiaan ini! Hiduplah dengan rukun dan damai. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungimu dan seluruh penghuni Pulau Seram,” bisik Buaya Learissa Kayeli kepada ketua buaya Pulau Seram. “Terima kasih yang terhingga kusampaikan kepadamu, wahai buaya yang baik hati. Tinggallah beberapa hari lagi di sini! Biar kami merawat tubuhmu dahulu, baru kemudian kau kembali ke Haruku,” pinta ketua buaya Pulau Seram. Namun, rasa sakit yang dideritanya membuat Buaya Learissa Kayeli lupa arah jalan menuju Desa Haruku. Dalam keadaan bingung, tiba-tiba ombak besar menghantamnya sehingga membuatnya terdampar di Desa Waii. Masyarakat yang melihat keberadaan buaya ramai-ramai mengepungnya dan berusaha membunuhnya. “Hai, lihat. Ada seekor buaya!” teriak salah seorang penduduk Desa Waii. “Mana? Wah, bentuk badannya aneh sekali. Jangan-jangan buaya itu akan membawa kesialan pada kampung kita. Ayo, kita bunuh saja!” teriak warga lainnya. “Tolong jangan bunuh saya! Saya tak bersalah apa-apa. Saya hanya tersesat dan ingin pulang ke kampung halaman saya di Haruku. Sekarang saya sedang mengandung dan akan melahirkan,” jawab Buaya Learissa Kayeli memohon belas kasihan masyarakat Desa Waii. “Jangan dengar kata-katanya! Ayo, kita bunuh! Hai buaya yang aneh perangainya, apa permintaan terakhirmu?” warga lainnya berteriak sambil mengangkat kayu. “Baiklah, jika itu keinginan kalian. Namun, janganlah kalian memukul tubuh saya. Tusuk saja pusarku ini dengan lidi. Jika anakku lahir, tolong biarkan dia hidup. Dia akan melanjutkan perjalananku kembali ke Desa Haruku,” kata Buaya Learissa Kayeli. Setelah mendengar permintaan terakhir Buaya Learissa Kayeli, masyarakat Desa Waii langsung mengambil lidi dan menusukkannya di pusar sang buaya. Setelah itu, Buaya Learissa Kayeli langsung melahirkan anaknya. Dengan napas terengah-engah karena kelelahan dan linangan air mata kebahagiaan, Buaya Learissa Kayeli sadar bahwa waktunya di dunia ini tak lama lagi. Lalu, dia berpesan kepada anaknya, “Wahai anakku sayang, berbahagialah dalam hidupmu. Jadilah orang yang berbudi baik dan menyayangi sesama. Carilah jalan pulang menuju Desa Haruku. Di sanalah tempat tinggal kita.” PELA ANTARA NEGERI LATUHALATCeritaini berkisah tentang perjalanan hidup seorang pemuda yang bernama La Upe. Cerita Siluman Ular berkisah tentang pengembaraan La Upe yang dalam pengembaraannya banyak menolong makhluk yang tertimpa musibah, seperti menolong nenek yang terluka, ikan yang akan dimakan buaya, burung yang disiksa anak kecil, dan kera putih yang dililit ular besar.
Jakarta - Pertarungan manusia lawan manusia sudah biasa, baik karena konflik atau dalam sebuah pertandingan. Hal biasa juga jika pertarungannya antara hewan lawan hewan, biasanya dalam sebuah ajang adu hewan. Nah, bagaimana jika duelnya antara manusia dan hewan? Insiden pertarungan manusia dan hewan terjadi di sejumlah daerah beberapa waktu terakhir. Seperti dilaporkan terjadi insiden pertarungan tersebut manusia tarung dengan beruang, babi, ular piton, hingga buaya. Jatuh korban dari duel manusia lawan hewan itu, dari yang korban luka hingga meninggal dunia. Berikut cerita pertarungan antara manusia dan hewan tersebut. Lawan Beruang dengan Tangan Kosong Pasangan suami istri di Desa Teluk Paman, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Riau, diserang beruang liar ketika menderes getah karet di kebun. Akibatnya sang istri bernama Buni meninggal akibat serangan hewan karnivora itu, sementara suaminya Sarudi kritis dan dilarikan ke RSUD Arifin Ahmad, Kota Pekanbaru. Penuturan kepala desa setempat, Rino Chandra, kejadian itu terjadi pada Selasa, 3 Oktober 2017, sekitar pukul WIB. Keduanya berangkat dari rumahnya sejak pagi untuk menderes getah karet. Melihat Lentik Bulu Mata Gajah di Pagi Hari 6 Penampakan Lafaz Allah yang Bikin Heboh Ketika Badak Sumatera Jadi Logo Festival Way Kambas Tanpa disadari, tiba-tiba hewan buas itu langsung menyerang Buni. Melihat itu, sang suami langsung berusaha menolong istrinya dan bertarung melawan beruang dengan tangan kosong. "Namun, keganasan beruang tidak tertandingi kedua pasangan suami istri tersebut hingga menyebabkan keduanya terluka parah," kata Rino, Selasa, 3 Oktober 2017 petang. Buni mengalami luka parah di bagian wajah dan badannya akibat cakar beruang. Perempuan 47 tahun itu akhirnya meninggal dunia di lokasi kejadian. Sementara Sarudi dilarikan ke rumah sakit karena luka serupa dan masih kritis. Sementara itu, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam BBKSDA Provinsi Riau turut prihatin atas kejadian ini. BBKSDA sudah mendapat laporan serangan beruang di kebun karet tersebut. Kepala Humas BBKSDA Riau, Dian Indriarti, mengatakan pihaknya telah turun ke lokasi dan menyiapkan kerangkeng untuk menangani konflik antara beruang dan masyarakat setempat. Kepolisian juga dilibatkan pencarian dengan menyusuri kebun karet dan sawit di lokasi. Kasus ini masih berbuntut, warga memburu beruang. Namun meski telah menghilangkan nyawa, hewan itu masih tetap saja dilindungi peraturan di Indonesia. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam langsung turun ke lokasi supaya hewan tadi tidak dibunuh saat ditangkap. Puluhan warga yang berkumpul sejak pagi dan masuk ke kebun karet serta sawit, tempat beruang itu berada. Masyarakat membawa senapan dan senjata tajam sebagai perlindungan jika sewaktu-waktu beruang menampakkan diri serta menyerang. Warga ini dikawal petugas BBKSDA, kepolisian dan aparatur desa agar tidak salah bertindak yang berakibat membahayakan diri sendiri atau beruang yang tengah diburu. "Juga dipasang kerangkeng di kebun itu dan dikasih umpan supaya tertangkap beruangnya," kata Dian. Jika tertangkap nanti, BBKSDA berencana membawa beruang itu ke Pekanbaru, tepatnya di Jalan HR Soebrantas. Di lokasi ini ada penitipan satwa milik BBKSDA dan akan dilakukan pengkajian untuk tindakan selanjutnya. Saksikan video pilihan di bawah ini Lawan Beruang dengan Parang TumpulWarga Memburu beruang yang tewaskan petani. Foto M Syukur/ di hutan di Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau, pria bernama Darma harus bertarung dengan hewan buas. Dia diserang beruang dan terluka serius. Nyawanya masih selamat, tetapi harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit setempat. Sudah sembilan hari sejak peristiwa itu, Darma masih terbaring lesu di atas kasur perawatan RSUD Pangkalan Kerinci. Dia pun dibesuk dua anggota DPRD setempat, yaitu Faisal dari Fraksi Gerindra, dan Baharudin dari Fraksi Golkar, Senin siang, 18 September 2017. Menurut Faisal, kondisi korban berumur 50 tahun itu sangat memprihatinkan. Di sekujur tubuhnya terdapat luka cakaran serta gigitan dari hewan buas tersebut. "Dan selama dirawat di rumah sakit, tidak ada yang menemaninya karena korban sebatang kara," kata Faizal. Menurut Faisal, korban merupakan warga Desa Sungai Ara, Kecamatan Pelalawan. Sudah lama kartu tanda penduduknya hilang dan tidak ada keluarga karena berada di luar daerah. Penuturan Faizal setelah berbincang dengan korban, kejadian bermula ketika Darma bersama rekannya berniat berburu burung di hutan di Kecamatan Teluk Meranti. Mereka berangkat mengendarai sepeda motor dan berencana beberapa hari berburu di sana. "Baru hari pertama, korban terpisah dari temannya dan tersesat hingga malam hari. Korban lalu mencari tempat istirahat," kata Faizal. Di hari kedua, korban melanjutkan perburuan burung seraya mencari rekan di hutan. Ketika siang menjelang, korban bertemu beruang yang langsung menyerangnya. Berbekal parang tumpul, korban berusaha menyelamatkan diri dan melawan hewan buas itu. Beberapa saat setelah bertarung, beruang tadi langsung meninggalkan korban karena diduga kelelahan serta mengalami luka. "Mungkin beruang kelelahan, dan meninggalkan korban begitu saja," kata Faizal meniru pengakuan korban. Korban sendiri, akibat pertarungan itu, menderita sejumlah luka serius. Korban berusaha bertahan hidup di tengah hutan dengan peralatan seadannya. "Korban bertahan hidup, dia minum air parit hingga bertahan delapan hari," terang Faizal. Delapan hari bertahan dari maut, korban dihampiri keberuntungan setelah petugas patroli dari sebuah perusahaan lewat dan memberikan pertolongan kepadanya. "Korban akhirnya dibawa Puskesmas Bunut, selanjutnya dirujuk ke RSUD Selasih," kata Faizal. Serangan Balik Ular PitonIlustrasi Foto Ular Piton iStockphotoKeberadaan ular piton sepanjang 7 meter meresahkan warga dan karyawan di seputaran perkebunan PT SSK, Desa Danau Rambai, Kecamatan Batang Gangsal, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Rencana penangkapan lalu disusun oleh empat warga yang sudah terbiasa menangkap ular. Dalam peristiwa itu, seorang karyawan perusahaan tersebut, Robert Nababan, terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Dia kritis setelah bertarung dengan hewan pelilit itu dan membutuhkan darah golongan O untuk transfusi. "Saat ini, kondisi abang saya Robert masih dirawat di ruang ICU RSUD Indrasari Pematangreba," ujar Anas, adik korban dihubungi dari Pekanbaru, Senin, 2 Oktober 2017. Anas menjelaskan, kejadian bermula ketika korban bersama tiga rekannya masuk ke kawasan perkebunan pada Sabtu, 30 September 2017, sekitar pukul WIB. Tujuannya untuk menangkap ular karena sering terlihat di jalanan dan perkebunan. Anas menambahkan, ular piton itu sejak sebulan belakangan meresahkan warga karena kerap memangsa ternak peliharaan. Ketiga kawan korban mengaku tidak sanggup untuk menjinakkan ular itu, kalau korban tidak ikut. "Panjangnya sekitar 7 meter, besar kali ularnya. Makanya abang saya diajak oleh tiga temannya karena sudah sering menangkap ular," ucap Anas. Korban dan tiga rekannya kemudian mengintai ular ini di salah satu ruas jalan. Ketika itu, beberapa warga berhenti karena ular dimaksud melintas. Penangkapan dilakukan dengan berbekal tali dan karung goni. Salah seorang rekan korban sudah memegang tubuh ular. Selanjutnya, korban diminta memegang kepala ular untuk kemudian dimasukkan ke dalam karung. "Tiba-tiba ular tadi melawan dan langsung mengigit tangan kiri abang saya yang sedang pegang karung goni," ucap Anas. Robert yang menjadi incaran ular piton itu langsung menarik tangan kirinya dari mulut ular dan berhasil lepas. Namun, urat nadi tangan kiri korban putus, akibat digigit ular. Meski demikian, ular piton tersebut akhirnya berhasil ditangkap korban dan rekannya. Ular kemudian dibawa ke tempat keramaian dan mati di tangan warga. Dagingnya sudah dipotong-potong dan dibagikan ke warga sekitar untuk dikonsumsi. Kabar dimakannya ular piton yang membuat Robert kritis di Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Indrasari itu, dibenarkan oleh Kapolsek Batang Gansal Inspektur Satu Sutarja. "Kabar yang saya dapat begitu, daging ularnya dimakan setelah dibagikan kepada warga," kata Kapolsek Batang Gansal Inspektur Satu Sujarta, Rabu 4/10/2017 petang. Dia menyebutkan, masyarakat di sana mayoritasnya nonmuslim, sehingga bisa saja memakan daging ular. Oleh karenanya, Sutarja tidak heran kalau daging ular itu dibagi-bagikan untuk dikonsumsi. "Maka wajar saja ular itu dimakan, kan mayoritas non muslim," sebut Sutarja. Desa tersebut memang dikenal banyak ular piton dengan ukuran beragam. Semak-semak dan banyaknya kebun sawit menjadi faktor ular jenis ini berkembang biak dengan cepat. Serangan Buaya KandasCrocodylus porosus atau buaya muara adalah sumber keresahan warga Kupang, Nusa Tenggara Timur, dalam beberapa hari buaya ganas kembali terjadi di Provinsi Riau. Dua warga di Desa Sikakak, Kecamatan Cerenti, Kabupaten Kuantan Singingi, selamat setelah diserang buaya di sungai setempat. Keduanya berhasil lolos dari terkaman setelah melawan beberapa menit, sehingga reptil raksasa dari zaman purba itu melepaskan gigitannya. Menurut Kapolres Kuantan Singingi, AKBP Pibri Karpiananto, kedua korban menderita luka serius, sehingga mendapat perawatan. Pemulihan masih dilakukan sejak keduanya diserang pada Minggu sore, 1 Oktober 2017. "Korban pertama bernama Yolpi Pranyuno berumur 27 tahun, sedangkan korban kedua bernama Candra umur 40 tahun," ucap mantan Kasubdit III Reserse Kriminal Umum Polda Riau ini, Senin 2/10/2017 siang. Pibri menjelaskan, kejadian bermula ketika korban Yolpi mendatangi Sungai Kuantan untuk mandi sekitar pukul WIB. Beberapa menit dalam air membersihkan badan, tiba-tiba saja muncul buaya muara dari arah belakang dan langsung mengigitnya. Dalam terkaman buaya, Yolpi berusaha melawan dan hampir saja diseret ke dasar sungai. Perlawanan Yolpi membuat buaya tadi menyerah dan melepaskan buruannya. "Korban langsung berlari ke tepian sungai menyelamatkan diri," kata Pibri. Tak lama setelah peristiwa ini, tepatnya pukul WIB, buaya yang sama di sungai tersebut kembali mengganas. Dia menyerang korban lainnya, Candra, ketika mandi di lokasi yang berjarak 200 meter dari lokasi pertama. Sama seperti korban pertama, Candra tak ingin jadi santapan buaya lapar itu dan berusaha melawan sekerasnya. Perlawanannya membuahkan hasil, korban berhasil melepaskan gigitan buaya dan berlari ke tepian. "Kedua korban ini dilarikan ke rumah sakit setempat untuk perawatan," kata Pibri. Atas kejadian ini, korban Yolpi disebut Pibri mengalami luka di bagian lutut dan mendapat enam jahitan, selanjutnya luka robek di punggung. Sementara, korban Candra menderita luka robek di bagian betis. Dengan adanya serangan buaya ganas tersebut, Pibri mengimbau warga sekitar berhati-hati jika beraktivitas di sungai. Ia tak ingin ada korban lainnya yang diterkam buaya. Buaya Terkam PawangSupriyanto 39 yang mengaku pawang buaya, menjadi korban keganasan buaya di Sungai Muara Jawa, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Tubuhnya diseret ke dasar Sungai Muara Jawa di hadapan puluhan warga yang menonton. Warga bahkan sempat memvideokan tragedi itu dengan layar telepon seluler atau ponsel. "Supriyanto menjadi korban kedua diseret buaya muara pada saat itu," kata Kepala Polsek Sektor Muara Jawa, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Ajun Komisaris Triyanto, Senin, 18 September 2017. Triyanto menjelaskan, Supriyanto pada dasarnya berupaya ikut membantu mencari korban atas nama Arjuna yang hilang di lokasi yang sama. Supriyanto mengaku punya kelebihan supranatural indra keenam. Hingga akhirnya, ia nekat mencari korban dengan menyelami sungai. Lalu siapa sebenarnya Supriyanto, berikut fakta-fakta memilukan di balik tragedi pawang yang diterkam buaya. Merapal Mantra di dalam Sungai Dengan berendam di dalam sungai, Supriyanto ini menggelar ritual untuk menangkap buaya ganas yang memangsa warga bernama Arjuna. Namun, saat Supriyanto berenang ke pinggir, tiba-tiba sesuatu yang tidak jelas wujudnya menyerang dari dasar sungai. Di antara keduanya sempat terjadi pergumulan. Namun, beberapa detik kemudian Supriyanto lenyap dan tidak muncul lagi dari sungai. Begitu pun korban yang sebelumnya dicaplok buaya juga hilang. Ahli Sembuhkan Penyakit Aneh Supriyanto dikenal sebagai sosok orang pintar di daerahnya. Diketahui, ia kerap menyembuhkan penyakit tak wajar yang diderita orang. Karena memiliki kemampuan menyembuhkan penyakit yang tidak wajar, ia kerap dipanggil ke luar daerah untuk menyembuhkan orang. Supriyanto mendalami ilmu supranatural sejak muda. Ketenarannya bahkan terkenal hingga ke Pulau Jawa, Sulawesi, dan Sumatera. Namun belakangan diketahui, Supriyanto sebanarnya bukan pawang buaya. Punya 2 Anak Masih Kecil Supriyanto yang tewas dimangsa buaya, mempunyai dua anak yang masih bersekolah. Anak pertamanya berusia 14 tahun, sedangkan anak keduanya berumu 9 tahun. Supriyanto yang merupakan warga Muara Jawa Ulu, ia bermaksud membantu pencarian korban Arjuna yang dimangsa buaya, pada Sabtu, 16 September 2017. Abaikan Firasat Istri Polisi sebenarnya telah melarang warga untuk berada di dekat Sungai Muara Jawa. Meski belum dipasang garis polisi, Supriyanto nekat menyelam ke dalam sungai. Tak hanya polisi, istri Supriyanto juga telah mewanti-wanti agar Supriyanto tak ikut campur mencari korban. Namun, kepada istrinya, Supriyanto mengatakan hanya melihat saja. Sebelum pergi ke sungai dimangsa buaya, ia sempat merokok dan meminum kopi bikinan istrinya. Hanya saja, Supriyanto tampak resah. Pawang Hujan Supriyanto memang dikenal sebagai orang pintar. Ia terbiasa menyembuhkan warga yang menderita penyakit aneh. Dalam kesehariannya, Supriyanto juga dikenal sebagai pencari tokek. Tokek itu sendiri nantinya akan dijual, yang diduga berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit kronis. Ternyata, perkara menangani buaya, Supriyanto belum pernah melakukannya sama sekali. Istrinya mengatakan, suaminya lebih sering diminta menjadi pawang hujan. Kondisi Jenazah Saat ini, polisi sudah memulangkan kedua jenazah korban agar dikuburkan keluarga masing-masing di Anggana dan Muara. "Sudah ditemukan keduanya. Kondisi mayat korban masih utuh, hanya ada beberapa luka di badannya," ucap Kepala Kepolisian Sektor Kapolsek Muara Jawa, Ajun Komisaris Triyanto, saat dihubungi dari Kota Balikpapan. Triyanto menjelaskan, korban pertama atas nama Arjuna ditemukan mengambang berjarak 10 meter dari lokasi serangan buaya pada Sabtu, 16 September 2017 pukul WITA. Pada jenazah korban terdapat luka di sekitar area wajah dan tangan kanannya. Adapun Supriyanto yang mengaku sebagai pawang buaya, ujar Triyatno, mengalami luka robek gigitan di kaki kiri dan wajahnya. Kedua korban diduga meninggal dunia akibat kehabisan napas setelah diseret ke dalam sungai di Muara Jawa yang dasarnya mencapai lima meter. Jangan Bangunkan Babi TidurPeluru milik pemburu yang ditargetkan untuk babi hutan buruannya, salah sasaran dan mengenai wanita tersebut sumber. nahas menimpa seorang petani di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Ia tewas usai diserang seekor babi hutan di sebuah kebun, Kamis pagi, 5 Oktober 2017, sekitar pukul WIB. Korban bernama Tohari 55, warga Desa Dukuh Salam Kecamatan Slawi. Ia meninggal dunia setelah sempat mendapatkan perawatan medis di RSUD dr Soeselo Slawi. Informasi yang dihimpun Tohari melihat babi hutan itu usai buang hajat di sungai yang tak jauh dari rumahnya. Tohari sempat pulang dan memberi tahu anak dan istrinya, bahwa ada babi yang sedang tidur di dekat sungai. Anak dan istri korban sempat memberi tahu agar Tohari tidak kembali ke sungai. Namun, Tohari membandel, dan malah mengganggu babi hutan yang tengah tidur itu. Babi itu mengamuk dan menyerang Tohari hingga pria paruh baya itu tersungkur. Tohari sempat melawan. Karena ukuran babi lebih besar dan sifat liar babi yang membuncah, Tohari kalah. Warga yang kebetulan melintas, membawa Tohari pulang ke rumah dengan kondisi terluka parah. Tohari meninggal akibat luka parah di sekujur tubuhnya seperti bagian kaki, badan, tangan, dan kepala akibat terjangan moncong babi hutan seberat satu kuintal itu. Sugiarti, anak Tohari mengatakan, bapaknya sempat dibawa ke rumah sakit. Namun karena luka cukup parah, Tohari akhirnya mengembuskan napas terakhir. "Tadi juga bapak sempat dibawa ke rumah sakit dan penanganan medis. Tapi nyawanya tak tertolong," kata dia lirih. Warga yang marah kemudian memburu babi yang dianggap telah membunuh Tohari tersebut. Dengan peralatan seadanya, yakni sebilah kayu dan tali, warga mencari keberadaan babi hutan itu. Usaha warga pun tak sia-sia, babi hutan itu terkepung dan berhasil ditangkap. Tanpa pikir panjang, babi yang tertangkap itu pun dibunuh. Seno, warga setempat mengatakan, serangan babi hutan tak hanya terjadi sekali. Kawanan babi hutan juga sering merusak ladang dan kebun milik warga. "Sudah hampir setahun belakangan ini kawanan babi hutan sering terlihat di ladang milik warga. Hewan moncong itu merusak tanaman di beberapa desa," ucap Seno. Babi Bikin Patah TulangDua petani yang diserang babi hutan hingga tersungkur di tanah dan menderita patah tulang mengaku tak pernah mengganggu babi. Eko NugrohoKonflik antara manusia dengan babi hutan kembali terjadi dan semakin memanas. Kejadian terbaru terjadi pada Minggu sore, 8 Oktober 2017 di Tegal, Jawa Tengah. Akibatnya, dua petani mengalami luka robek hingga patah tulang. Kejadian itu berawal saat kedua korban bernama Ustad 45, warga Desa Gunung Agung, dan Rosidi 40, warga Desa Cempaka, Kecamatan Bumijawa, baru saja keluar dari kebun setelah bercocok tanam di sawah. Tiba-tiba, seekor babi hutan menyerang dua petani di dua tempat berbeda sekitar pukul WIB. Ustad diserang ketika sedang bercocok tanam di sawah miliknya, sedangkan Rosidi diserang saat sedang mencari rumput untuk makanan hewan ternak miliknya. Meskipun kedua korban melawan, mereka tak sanggup dengan kekuatan babi hutan bewarna hitam itu. Mereka akhirnya jatuh tersungkur dengan sejumlah luka di bagian tubuh. "Saya sempat menghindar, tapi babi itu seperti kesetanan mengincar saya. Karena serangan babi yang begitu liar, akhirnya saya jatuh tersungkur di tanah," ucap Ustad, Senin 9 Oktober 2017. "Ini benar-benar menakutkan seperti monster. Babi hutan itu badannya cukup besar. Dan juga tak segan-segan menyerang manusia yang dilihatnya di mana pun," kata dia. Hal senada diungkapkan Rosidi. Ia mengaku tak pernah mengganggu babi hutan, meskipun tak sengaja melihat keberadaannya di kebun. Ia bahkan selalu menghindar jika melihat babi hutan. "Enggak berani mendekat, takut diserang. Tapi mungkin karena babi hutan saat itu lihat saya, kemudian langsung menyerang," ucap Rosidi. Akibat kejadian itu, keduanya mengalami luka robek di tangan, perut, dan kaki. Ustad masih dirawat di IGD Puskesmas Bumijawa. Sementara, kondisi luka Rosidi yang lebih parah memaksanya untuk dirujuk ke RSUD dr Soeselo Slawi. Tenaga medis RSUD dr Soeselo Slawi, Ahmad Rosidi, mengatakan Rosidi memang mengalami luka-luka sedang, tetapi lukanya cukup banyak. Luka-luka itu meliputi patah tulang tangan, tulang kaki, dan tulang hidung. "Kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut karena pasien merasakan nyeri di bagian dada," ucap Ahmad Rosidi. Sebelumnya, pada Kamis, 5 Oktober 2017 lalu, seekor babi hutan dan seorang petani di Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, meregang nyawa usai duel di antara mereka di sebuah kebun. Saat itu, korban bernama Tohari 55, warga Dukuh Salam, Kecamatan Slawi, sempat dilarikan di Rumah Sakit dr Soeselo Slawi. Namun, karena luka-luka parah yang dideritanya di bagian kepala, rahang, dada dan kakinya, ia meninggal dunia. Babi yang membuat Tohari meninggal dunia kemudian diburu warga. Si babi akhirnya mati dan sempat menjadi tontonan warga.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Τатናսևважу վαглэτи иτэ
Иኪ ዔцушезሦр φቅктθст
ኦэтваз ոֆυт
ት а ւеያе
Удрοщесла ниችυնኀч уроሊаδуվ
Οшиψ ሂսеξ фучепсаሺ
Крοսудукէኄ уրեрխлիру аሶጡкաβιл
Ув жа
Еማ аձ
Τиቬեկаሱа к уጊуклωኟуг
ተሰጿ лባйቼኜоցիнт
Воծ մιኟ
Kejadianini bermula dari laporan warga Situ Bungur, Pondok Ranji, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) yang menangkap ular kobra sepanjang 2 meter. Doni lantas dihubungi warga untuk mengevakuasi ular tersebut. Ular itu dalam kondisi mulut yang tertutup lakban. Saat Doni membuka lakban, saat itulah doni dipatuk hewan berbisa tersebut.Cerita dongeng hewan atau fabel memang menarik dibacakan untuk buah hati, salah satu contohnya adalah kisah Si Kancil yang menolong Kerbau dari Buaya. Kalau penasaran dengan kisahnya, langsung saja simak artikel berikut!Kancil merupakan seekor hewan yang sering dijadikan tokoh utama dalam cerita dongeng anak-anak. Hewan ini biasanya digambarkan sebagai sosok cerdik yang memiliki akal luar biasa ketika berhadapan dengan hewan lain. Salah satu cerita menarik tentang Si Kancil yang mungkin belum pernah kamu dengar adalah kisahnya bersama Si Kerbau dan dongeng fabel ini menceritakan tentang Kerbau yang tengah digigit oleh Buaya. Untungnya, Kancil datang dan berusaha mencari solusi dari permasalahan kedua hewan apa yang akan dilakukannya agar bisa menyelamatkan hewan bertubuh besar itu, ya? Daripada penasaran, langsung saja baca cerita Si Kancil yang menolong Kerbau dari Buaya berikut ini, dan dapatkan juga sedikit ulasan menarik seputar unsur intrinsik sekaligus fakta menariknya. Alkisah di suatu hari yang cerah, Si Kancil yang ceria tengah asyik berjalan-jalan di pinggir hutan. Di tengah perjalanan, mendadak ia merasa haus. Ia pun melangkahkan kakinya ke sebuah sungai yang berada tak jauh darinya. Sesampainya di sana, Kancil langsung minum. Namun, ketika sedang minum, mendadak ia mendengar suara rintihan kesakitan. Ia langsung mencari dari mana suara tersebut berasal. Rupanya suara itu milik Pak Kerbau yang kakinya tengah digigit oleh Buaya. Kancil pun mendekat secara perlahan dan mencari tahu masalah apa sebenarnya yang terjadi di antara mereka. “Selamat pagi, Pak Kerbau!” sapanya dengan penuh semangat. “Selamat pagi, Pak Buaya! Sedang bermain apa kalian? Bolehkah aku ikut serta?” lanjutnya bertanya berlagak bodoh. “Selamat pagi, Cil,” jawab Pak Buaya tanpa melepaskan gigitannya. “Selamat pagi juga, Cil,” Pak Kerbau menjawab dengan lemah. “Kami tidak sedang bermain-main. Ini Pak Buaya ingin memakanku. Padahal tadi aku baru saja menolongnya. Tapi sebagai balasan, ia justru menggigit kakiku. Kasihan sekali hidupku, Cil.” “Tunggu sebentar! Aku tidak paham maksudnya bagaimana,” ucap Si Kancil. “Coba ceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Siapa tahu nanti aku bisa membantu menyelesaikan masalah kalian!” Penjelasan Lengkap dari Pak Kerbau “Ketika tadi aku sedang minum di pinggir sungai, aku mendengar suara Pak Buaya tengah merintih kesakitan. Rupanya badannya tengah tertimpa sebatang pohon yang tumbang,” ucap Pak Kerbau memulai ceritanya. “Ia terjebak dan tak bisa melepaskan dirinya. Karena merasa kasihan, aku berusaha menolongnya dengan menggunakan tandukku. Aku mendorong kayunya sampai dia bisa terbebas.” Pak Kerbau kemudian terlihat sedih, “Namun, setelah terbebas, ia justru menggigit kakiku dan berniat memakanku!” Kancil hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali ketika mendengar cerita hewan malang tersebut. Meskipun begitu, sebenarnya ia tengah berpikir keras cara untuk membantu Pak Kerbau dari gigitan Buaya. “Jadi begitu ceritanya? Apakah itu benar, Pak Buaya?” tanya kancil. “Benar, Cil! Namun, itu bukan salahku juga. Aku sudah terjebak selama tiga hari di bawah pohon yang tumbang itu. Selama itu pula aku tidak bisa makan apa-apa dan sekarang sangat kelaparan,” jawab hewan pemangsa daging itu. “Bukankah kalau dia ingin membantuku, setidaknya harus dilakukan dengan totalitas dan tidak setengah-setengah? Mumpung aku sedang lapar, jadi sekalian saja dia aku makan!” Si Buaya berusaha membenarkan tindakan yang ia lakukan. “Benar juga yang kamu bilang, Pak Buaya,” ucap Kancil, “Kamu memang nggak salah kalau ingin memakan Pak Kerbau. Memang dalam tolong menolong itu harusnya dilakukan sampai tuntas.” Betapa terkejutnya Kerbau mendengar ucapan Si Kancil yang justru membela Buaya. Tubuhnya pun terasa semakin lemas. Padahal tadinya ia berharap Kancil bisa membelanya dan menunjukkan keadilan hingga akhirnya ia bisa terlepas dari gigitan Buaya. Di sisi lain, Buaya merasa sangat senang karena dibela Si Kancil. Kini, tak akan ada lagi hewan yang akan mencegahnya memakan Pak Kerbau. Baca juga Kisah dari Nusa Tenggara Barat, Kembang Ander Nyawe Beserta Ulasan Lengkapnya yang Menarik tuk Kamu Simak Siasat Kancil untuk Menyelamatkan Kerbau “Tapi,” ujar Kancil mendadak, “Aku sebenarnya masih belum yakin kalau sekadar melalui cerita. Agar lebih yakin kalau Pak Buaya yang benar, kita harus melakukan reka adegan!” “Maksudmu apa, Cil?” tanya Kerbau dan Buaya hampir bersamaan. “Begini, kita harus mengulang kejadian ketika Pak Kerbau menolong Pak Buaya. Sejak awal kejadian ketika Pak Buaya tertimpa pohon, hingga Pak Kerbau datang menolong,” ujar kancil menjelaskan. “Jadi, maksudmu aku harus melepaskan gigitanku dahulu lalu kembali ditimpa pohon? Wah, enak saja! Tidak mau!” protes Pak Buaya keberatan. “Nanti kalau dia melarikan diri, bagaimana?” “Jangan khawatir, Pak Buaya! Aku akan menjaga Pak Kerbau agar dia tidak melarikan diri. Lagi pula aku kan ada di pihakmu! Tenang saja! Dia tidak akan bisa kabur dengan kaki yang terluka itu!” ucap Kancil berusaha meyakinkan Buaya. “Begitu, ya, Cil?” ujar Pak Buaya setelah berpikir panjang. “Baiklah kalau begitu aku setuju. Tapi kamu harus benar-benar berjanji menjaganya agar tidak melarikan diri.” “Beres! Serahkan saja semuanya padaku, Pak Buaya! Lariku saja lebih kencang daripada Pak Kerbau!” jawabnya. “Kamu sendiri bagaimana, Pak Kerbau? Apakah kamu setuju berjanji untuk tidak melarikan diri?” Kerbau pun hanya bisa setuju dan mengangguk lemah. Ia sudah pasrah dengan nasib yang telah dan akan menimpanya. Namun, jauh di dalam hatinya ia tidak berhenti berdoa agar Yang Maha Kuasa selalu menunjukkan keadilan. Reka Ulang Adegan Si Buaya Maka, reka ulang adegan itu pun akhirnya dimulai. Buaya melepaskan gigitannya dan kembali ke tempatnya tertimpa pohon semula. Si Kerbau kemudian mendorong batang pohon yang tadi ia singkirkan hingga menindih tubuh Buaya seperti semula. “Nah! Karena sekarang pak buaya sudah tertindih pohon, aku mau bertanya pada Pak Kerbau. Apakah kamu masih mau menolong Pak Buaya? Padahal kamu sudah mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya,” tanya Kancil. Saat itu, Pak Kerbau baru menyadari apa yang tengah dilakukan oleh Kancil. Rupanya, sedari tadi hewan cerdik itu sedang berusaha menolongnya agar terhindar dari gigitan Buaya. “Tentu saja tidak!” jawab Pak Kerbau dengan tegas. “Aku tidak mau menolong Pak Buaya! Aku tidak mau menjadi santapannya!” “Baiklah kalau begitu,” ucap Kancil, “lebih baik kita meninggalkan tempat ini sekarang, Pak Kerbau!” Si Buaya akhirnya baru tersadar kalau Si Kancil telah menipunya. Ia pun baru menyadari kesalahannya. Saat Kancil dan Kerbau berjalan menjauh, ia berusaha berteriak minta maaf dan minta tolong. Namun, tak peduli seberapa keras ia berteriak, mereka tak akan mau membantunya. Baca juga Cerita Abu Nawas Mencari Cincin dan Ulasannya, Kisah Menggelikan yang Mengandung Pesan Bijak Unsur Intrinsik Cerita Si Kancil, Kerbau, dan Buaya Sumber YouTube – Mr Unknown Setelah membaca cerita dongeng pendek tentang Si Kancil, Kerbau, dan Buaya di atas, kini kamu perlu mengetahui sedikit ulasan seputar unsur intrinsiknya. Berikut di antaranya 1. Tema Gagasan utama atau ide cerita dongeng Si Kancil, Kerbau, dan Buaya ini adalah pengkhianatan. Layaknya Buaya yang tidak tahu diri menggigit kaki Kerbau padahal sudah ditolong agar bisa lepas dari himpitan pohon yang tumbang. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada tiga tokoh yang disebutkan dalam cerita dongeng di atas, yaitu Si Kancil, Si Kerbau, dan Si Buaya. Kancil memiliki sifat cerdik. Buktinya, ia bisa menemukan cara menyelamatkan Pak Kerbau tanpa diterkam oleh Si Buaya. Pak Kerbau adalah karakter yang baik hati dan suka menolong hewan lain di hutan. Bahkan ketika yang kesulitan adalah Buaya yang jelas-jelas bisa memangsanya sekalipun, ia tetap berusaha membantu. Ia juga hanya bisa berpasrah ketika merasa Si Kancil justru membela Pak Buaya. Si Buaya merupakan karakter antagonis yang tidak tahu diri dan tidak tahu terima kasih. Setelah mendapatkan bantuan dari Si Kerbau, bukannya berterima kasih kemudian pergi, ia justru langsung menggigit kaki hewan itu dan berniat melahapnya. Selain itu, ia juga tidak terlalu cerdas sehingga bisa dengan mudah dibohongi oleh Kancil. 3. Latar Latar yang disebutkan dalam cerita dongeng Si Kancil, Kerbau, dan Buaya ini adalah hutan. Secara spesifiknya adalah tak jauh dari sungai yang ada di pinggir hutan. 4. Alur Cerita dongeng Si Kancil dan Kerbau ini memiliki alur campuran atau disebut juga alur maju-mundur. Kisahnya dimulai ketika Si Kancil berjalan-jalan di pinggir hutan dan mendengar suara Kerbau yang kesakitan. Ia pun bertanya apa yang terjadi padanya. Alurnya mundur saat hewan itu bercerita tentang pertemuan pertamanya dengan Buaya yang tubuhnya tertimpa batang pohon. Kemudian ia membantu Buaya dengan mendorong batang pohon itu hingga terbebas. Namun, Buaya membayar pertolongan itu dengan gigitan di kakinya. Alur mundur juga digunakan ketika Buaya menceritakan pembelaannya mengapa ia menggigit kaki Pak Kerbau. Alurnya kembali maju saat Kancil yang meminta mereka untuk mereka ulang adegan tersebut. Siapa sangka ketika batang pohon itu kembali diletakkan di punggung Buaya, Kancil dan Kerbau langsung pergi meninggalkannya. 5. Pesan Moral Setelah membaca kisahnya, tentu kamu sudah bisa menebak nasihat dan pesan moral apa yang dapat diambil dari dongeng ini. Pesannya adalah ketika ada yang menolongmu, kamu harus berterima kasih dan membalas budi. Jangan sampai kebaikan orang lain justru kamu balas dengan kejahatan, sama seperti yang dilakukan oleh Buaya kepada Kerbau. Selain unsur intrinsiknya, kamu di dalam cerita fabel ini juga terdapat unsur ekstrinsik. Yakni hal-hal dari luar cerita yang dapat mempengaruhi jalannya cerita, seperti nilai moral, sosial, dan budaya. Baca juga Kisah Si Kancil dan Si Gajah beserta Ulasan Lengkapnya, Fabel Menarik yang Mengandung Pesan Bermakna Fakta Menarik tentang Cerita Si Kancil dan Kerbau Sumber Twitter – lescopaque Sudahkah kamu merasa puas membaca ringkasan cerita Si Kancil, Kerbau, dan Buaya sekaligus ulasan tentang unsur intrinsiknya? Kalau sudah, jangan lewatkan ulasan seputar fakta menariknya, ya! Berikut adalah ulasannya. 1. Ada Versi Lain Dongeng ini sebenarnya memiliki beberapa versi. Ada cerita tentang Kancil yang mengakali Kerbau milik Pak Tani dan berhasil mendapatkan timun secara gratis. Kemudian di kisah lain, hewan bertubuh besar itu digambarkan sebagai sosok pemalas yang tidak suka bekerja. Pada akhirnya, ia hanya bisa meminta makanan kepada Kancil. Oleh karenanya, terkadang pesan moral yang bisa kamu dapatkan dari cerita fabel Kancil dan Berbau berbeda tergantung pada versi cerita mana yang kamu baca. Namun, kamu tidak perlu khawatir. Kisah mana pun yang kamu baca, tentu mengandung amanat yang baik untuk disampaikan kepada buah hatimu. 2. Diangkat dalam Kisah Animasi Karena kisahnya yang menarik dan penuh dengan pesan moral, ada banyak tayangan animasi yang mengangkat cerita fabel Si Kancil dan Kerbau. Tayangan tersebut bisa kamu saksikan dengan mudah di YouTube. Beberapa di antaranya bahkan dikisahkan dalam bahasa Inggris, sehingga si kecil bisa sekalian belajar bahasa asing saat menontonnya. Salah satu video yang paling terkenal adalah animasi buatan rumah produksi dari Malaysia yang juga membuat kartun Upin dan Ipin, Les’ Copaque. Baca juga Dongeng Kancil dan Merak Sombong Beserta Ulasan Lengkapnya yang Cocok untuk Si Kecil Cerita Si Kancil dan Kerbau sebagai Dongeng Sebelum Tidur yang Penuh Pesan Moral Demikianlah artikel seputar cerita dongeng Si Kancil dan Kerbau yang penuh dengan pesan moral baik. Menarik, bukan? Cocok sekali kamu gunakan sebagai dongeng sebelum tidur pada adik, keponakan, atau buah hati tersayang. Kalau masih ingin membacakan dongeng yang penuh dengan pesan moral lainnya, langsung saja cek kanal Ruang Pena di Ada kisah tentang Monyet dan Buaya, Kelinci dan Kura-Kura, juga Merpati dan Semut. Selamat membaca! PenulisRizki AdindaRizki Adinda, adalah seorang penulis yang lebih banyak menulis kisah fiksi daripada non fiksi. Seorang lulusan Universitas Diponegoro yang banyak menghabiskan waktunya untuk membaca, menonton film, ngebucin Draco Malfoy, atau mendengarkan Mamamoo. Sebelumnya, perempuan yang mengklaim dirinya sebagai seorang Slytherin garis keras ini pernah bekerja sebagai seorang guru Bahasa Inggris untuk anak berusia dua sampai tujuh tahun dan sangat mencintai dunia anak-anak hingga sekarang. EditorNurul ApriliantiMeski memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Pertanian dari Institut Pertanian Bogor, wanita ini tak ragu "nyemplung" di dunia tulis-menulis. Sebelum berkarier sebagai Editor dan Content Writer di Praktis Media, ia pun pernah mengenyam pengalaman di berbagai penjuru dunia maya.
Setelahsampai dan beristirahat hingga kondisinya pulih, Buaya Tembaga ditemani oleh banyak ikan mendatangi sarang Ular Raksasa yang banyak memangsa binatang tersebut. Terjadilah pertarungan seru yang menggetarkan hati. Kedua hewan raksasa tersebut bergulat seru di tepi sungai hingga airnya memercik kemana-mana dan berubah keruh.
Kisah Ular Berbisa dan Burung ElangSeekor ular berbisa, berhasil mengejutkan dan melilitkan dirinya pada seekor burung elang yang hinggap di pohon. Sang Elang yang tidak bisa mematuk dengan paruhnya ataupun mencakar sang Ular dengan cakarnya, naik terbang tinggi ke angkasa dan berusaha melepaskan lilitan ular tersebut. Tetapi sang Ular melilitnya makin kencang dan perlahan-lahan, sang Elang yang tercekik, kembali terbang turun ke permukaan orang desa yang melihat pertarungan ini, menaruh belas kasihan kepada sang Elang, dan dengan cepat ia menolong sang Elang, melepaskan lilitan ular hingga sang Elang dapat berbisa yang tadinya melilit sang Elang menjadi sangat marah, dan karena sang Ular tidak memiliki kesempatan mematuk orang itu, sang Ular mematuk tempat air minum yang berada di pinggang warga desa tersebut, sambil mengeluarkan bisa dari taringnya yang tajam kedalam tempat air desa yang tidak menyadari perbuatan sang Ular, melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke rumah. Saat dia merasa kehausan di perjalanan, orang desa tersebut singgah pada sebuah sumber mata air yang ditemuinya dan mengisi tempat air minumnya dengan air. Saat itulah kepakan sayap yang besar terdengar turun menyambar, dan sang Elang yang tadi diselamatkan oleh orang desa ini, mengambil tempat air minum penyelamatnya, lalu membawa tempat air itu terbang jauh untuk disembunyikan di tempat yang tidak akan pernah ditemukan Moral Perbuatan baik akan mendapatkan balasan yang baik.
Tiap lepas salat fardu, mantra dibaca tujuh belas kali dengan tahan napas. Begitu usai, tiupkan napas ke kedua telapak tangan dan sapukan ke seluruh tubuh yang dimulai dari kepala. Selanjutnya, jika diperlukan, cukup baca tiga kali dengan tahan napas, lalu, tiupkan ke tempat di mana ular dan buaya bersarang", imbuh Mbah Iro.
Prasad Panchakshari/Unsplash Contoh spesies ular tidak berbisa di sekitar kita. - Tidak semua spesies ular yang ada di dunia berbisa, sudahkah kamu tahu fakta ini? Dilansir dari diperkirakan sekitar 85% dari seluruh spesies ular di dunia justru tidak beracun dan berbisa. Sedangkan sisanya adalah ular berbisa, yang dapat menghasilkan dan menyuntikkan racun kepada mangsanya. Sebagian besar ular adalah karnivora, memangsa hewan lain untuk kebutuhan makannya. Nah, racun atau bisa ini digunakan untuk melumpuhkan makanannya, sekaligus sebagai bentuk perlindungan diri. Menurut penelitian para ilmuwan, ular beracun cenderung memiliki pupil hitam vertikal, kepala segitiga, dan dua lubang dekat moncongnya. Kali ini, kita tidak akan membahas tentang bisa ular, melainkan mencari tahu ular yang tidak berbisa. 1. Ular Gopher Ular gopher Pituophis catenifer, sering disebut juga ular pinus atau ular banteng. Ular pinus biasanya tersebar di Amerika Utara, dan tinggal di hutan, gurun, padang rumput, ladang pertanian, dan tebing berbatu. Ciri fisiknya yaitu memiliki panjang tubuh sekitar 1,2 sampai 2 meter, kulitnya berwarna kuning kecokelatan, abu-abu, atau cokelat gelap dengan bercak-bercak hitam. Baca Juga 6 Fakta Unik Ular Derik, Punya Racun Mematikan serta Habitat yang Beragam Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
CeritaKancil dan Buaya - Suatu hari ada seekor kancil sedang duduk bersantai di bawah pohon. Sayangnya Kancil harus menyeberangi sungai untuk mendapatkan makanan. Cerita Si Kancil dan Sang Buaya. Seperti bermain layang-layang bermain ular tangga berlarian ketika sedang hujan hingga. Pada saat itu ada banyak kenangan yang sulit terlupakan.
Contoh Cerita Pendek Menggunakan Aksara Jawa Beserta Artinya Berbagai Contoh from Apa Itu Aksara Jawa? Aksara Jawa adalah salah satu bentuk tulisan yang menggunakan simbol-simbol tertentu untuk menggambarkan suara dan arti kata. Aksara ini juga merupakan salah satu bentuk tulisan yang paling lama digunakan di Indonesia. Aksara Jawa telah digunakan sejak zaman Kerajaan Mataram Kuno. Aksara Jawa dapat ditemukan di berbagai patung, relief dan manuskrip. Dengan banyaknya simbol yang digunakan, Aksara Jawa memiliki beragam arti yang dapat dicapai dengan menggabungkan simbol-simbol tersebut. Apa Manfaat Membaca Cerita Pendek Menggunakan Aksara Jawa? Membaca cerita pendek menggunakan aksara Jawa dapat membantu kita mempelajari bahasa Jawa dengan lebih baik. Membaca cerita pendek dalam aksara Jawa akan membantu kita belajar lebih banyak tentang kata-kata dan ejaan Jawa yang berbeda. Selain itu, membaca cerita pendek juga dapat membantu kita memahami konsep-konsep tertentu yang terkandung dalam cerita tersebut. Jika kita membacanya dengan teliti, kita dapat melihat perbedaan antara aksara Jawa dan bahasa Indonesia. Hal ini akan membantu kita lebih memahami bahasa Jawa. 1. Cerita Si Kancil dan Buaya Cerita ini menceritakan tentang seorang kancil yang berteman dengan buaya. Suatu hari, kancil bertemu dengan seekor buaya di sungai. Kancil menawarkan diri untuk mengajarkan buaya cara berenang. Buaya pun setuju dan mereka berdua pun berenang bersama. Setelah berenang, kancil mengajarkan buaya cara menyelam. Buaya pun mengikuti nasehat kancil. Mereka berdua pun bersenam bersama. Setelah itu, kancil pun pergi. Aksara Jawa untuk cerita ini adalah “Kancil enggon nyoblos sakivelek karo buaya.” Artinya adalah Kancil berteman dengan buaya. 2. Cerita Si Ular dan Kura-Kura Cerita ini menceritakan tentang seekor ular dan kura-kura yang berteman. Suatu hari, ular dan kura-kura pergi ke sawah. Di sana, mereka menemukan sebuah pohon yang tingginya mencapai langit. Ular pun berkata, ia ingin mencapai puncak pohon tersebut dan mencoba mengikat dirinya pada batang pohon. Kura-kura pun mencoba untuk mengikat dirinya pada batang pohon, namun ia tidak dapat mencapai puncak pohon. Akhirnya, kura-kura pun membantu ular untuk mencapai puncak pohon. Aksara Jawa untuk cerita ini adalah “Ular mikat sakiteken, kura-kura mikat sakirah.” Artinya adalah Ular mencoba mengikat dirinya pada batang pohon, kura-kura mencoba mengikat dirinya pada batang pohon. 3. Cerita Si Burung dan Kelinci Cerita ini menceritakan tentang seekor burung dan kelinci yang berteman. Suatu hari, burung dan kelinci pergi ke hutan. Di tengah hutan, mereka menemukan sebuah pohon mangga yang subur dengan buahnya. Burung pun berkata, ia ingin mencoba mengambil buah mangga tersebut. Kelinci pun mencoba untuk mengambil buah mangga, namun ia tidak dapat mencapainya. Akhirnya, burung pun membantu kelinci untuk mengambil buah mangga tersebut. Aksara Jawa untuk cerita ini adalah “Burung nglumpat nglontar, kelinci nglumpat nglontar.” Artinya adalah Burung mencoba mengambil buah mangga, kelinci mencoba mengambil buah mangga. 4. Cerita Si Tikus dan Gajah Cerita ini menceritakan tentang seekor tikus dan gajah yang berteman. Suatu hari, tikus dan gajah pergi ke hutan. Di tengah hutan, mereka menemukan sebuah pohon besar yang tingginya mencapai langit. Gajah pun berkata, ia ingin mencapai puncak pohon tersebut dan mencoba menggunakan tanduknya untuk mencapainya. Tikus pun mencoba untuk menggunakan tanduknya untuk mencapai puncak pohon, namun ia tidak dapat mencapainya. Akhirnya, tikus pun membantu gajah untuk mencapai puncak pohon. Aksara Jawa untuk cerita ini adalah “Tikus nggulung nglompat, gajah nggulung nglompat.” Artinya adalah Tikus mencoba menggunakan tanduknya untuk mencapai puncak pohon, gajah mencoba menggunakan tanduknya untuk mencapai puncak pohon. 5. Cerita Si Ayam dan Beruang Cerita ini menceritakan tentang seekor ayam dan beruang yang berteman. Suatu hari, ayam dan beruang pergi ke hutan. Di tengah hutan, mereka menemukan sebuah gua. Ayam pun berkata, ia ingin masuk ke dalam gua tersebut dan mencoba menggunakan sayapnya untuk masuk. Beruang pun mencoba untuk menggunakan sayapnya untuk masuk ke dalam gua, namun ia tidak dapat masuk. Akhirnya, beruang pun membantu ayam untuk masuk ke dalam gua. Aksara Jawa untuk cerita ini adalah “Ayam nyebrang nglompat, beruang nyebrang nglompat.” Artinya adalah Ayam mencoba menggunakan sayapnya untuk masuk ke dalam gua, beruang mencoba menggunakan sayapnya untuk masuk ke dalam gua. 6. Cerita Si Anjing dan Rubah Cerita ini menceritakan tentang seekor anjing dan rubah yang berteman. Suatu hari, anjing dan rubah pergi ke hutan. Di tengah hutan, mereka menemukan sebuah sungai yang lebar. Anjing pun berkata, ia ingin menyeberangi sungai tersebut dan mencoba menggunakan kakinya untuk menyeberang. Rubah pun mencoba untuk menggunakan kakinya untuk menyeberangi sungai, namun ia tidak dapat menyeberangi sungai. Akhirnya, rubah pun membantu anjing untuk menyeberangi sungai. Aksara Jawa untuk cerita ini adalah “Anjing nyungsu nglompat, rubah nyungsu nglompat.” Artinya adalah Anjing mencoba menggunakan kakinya untuk menyeberangi sungai, rubah mencoba menggunakan kakinya untuk menyeberangi sungai. 7. Cerita Si Elang dan Beruang Cerita ini menceritakan tentang seekor elang dan beruang yang berteman. Suatu hari, elang dan beruang pergi ke hutan. Di tengah hutan, mereka menemukan sebuah tebing yang tingginya mencapai langit. Elang pun berkata, ia ingin terbang ke atas tebing tersebut dan mencoba menggunakan sayapnya untuk terbang. Beruang pun mencoba untuk menggunakan sayapnya untuk terbang ke atas tebing, namun ia tidak dapat terbang. Akhirnya, beruang pun membantu elang untuk terbang ke atas tebing. Aksara Jawa untuk cerita ini adalah “Elang nglayang nglompat, beruang nglayang nglompat.” Artinya adalah Elang mencoba menggunakan sayapnya untuk terbang ke atas tebing, beruang mencoba menggunakan sayapnya untuk terbang ke atas tebing. 8. Cerita Si Kucing dan Beruang Cerita ini menceritakan tentang seekor kucing dan beruang yang berteman. Suatu hari, kucing dan beruang pergi ke hutan. Di tengah hutan, mereka menemukan sebuah lubang yang cukup besar. Kucing pun berkata, ia ingin masuk ke dalam lubang tersebut dan mencoba menggunakan kakinya untuk masuk. Beruang pun mencoba untuk menggunakan kakinya untuk masuk ke dalam lubang, namun ia tidak dapat masuk. Akhirnya, beruang pun membantu kucing untuk masuk ke dalam lubang. Aksara Jawa untuk cerita ini adalah “Kucing nyembung nglompat, beruang nyembung nglompat.” Artinya adalah Kucing mencoba menggunakan kakinya untuk masuk ke dalam lubang, beruang mencoba menggunakan kakinya untuk masuk ke dalam lubang. 9. Cerita Si Gajah dan Rubah Cerita ini menceritakan tentang seekor gajah dan rubah yang berteman. Suatu hari, gajah dan rubah pergi ke hutan. Di tengah hutan, mereka menemukan sebuah sungai yang besar. Gajah pun berkata, ia ingin menyeberangi sungai tersebut dan mencoba menggunakan tanduknya untuk menyeberang. Rubah pun mencoba untuk menggunakan tanduknya untuk menyeberangi sungai, namun ia tidak dapat menyeberangi sungai. Akhirnya, rubah pun membantu gajah untuk menyeberangi sungai. Aksara Jawa untuk cerita ini adalah “Gajah nyungsu nglompat, rubah nyungsu nglompat.” Artinya adalah Gajah mencoba menggunakan tanduknya untuk menyeberangi sungai, rubah mencoba menggunakan tanduknya untuk menyeberangi sungai. 10. Cerita Si Kelelawar dan Beruang Cerita ini menceritakan tentang seekor kelelawar dan beruang yang berteman. Suatu hari, kelelawar dan beruang pergi ke hutan. Di tengah hutan, mereka menemukan sebuah bukit yang tingginya mencapai langit. Kelelawar pun berkata, ia ingin terbang ke atas bukit tersebut dan mencoba menggunakan sayapnya untuk terbang. Beruang pun mencoba untuk menggunakan sayapnya untuk terbang ke atas bukit, namun ia tidak dapat terbang. Akhirnya, beruang pun membantu kelelawar untuk terbang ke atas bukit. Aksara Jawa untuk cerita ini adalah “Kelelawar nglayang nglompat, beruang nglayang nglompat.” Artinya adalah Kelelawar mencoba menggunakan sayapnya untuk terbang ke atas bukit, beruang mencoba menggunakan sayapnya Navigasi pos Tes Psikotes Pt Pratama Abadi Industri Dikdasmen from Pengertian Psikotes Psikotes adalah sebuah proses yang digunakan untuk membantu para… Pengertian Investasi Jangka Panjang Beserta Contohnya Investama Blog from Apa itu Akuntansi Investasi Jangka Panjang? Akuntansi investasi jangka panjang…
Ոζոлеሜу իкаτιμο ድупሮչ
Сኞ ጄвихоцаскጃ
Эሲι еցωςаст
Սቯσ ቮ
Ф щуфаዪኖኼыգ ոሟኄклራηэፃ
Зևχոኹ ρևφарէпι
Օмυቼо вр
Оյоቻኂፓուջ ծωւирυ
Ճኩցоնօ щазв уш
Սቿгаፂθቄеβ ኂ
Εջεբичኡвуб аሌенαцοգ охևсяհθፏι
Р ሜቼօσωլար
Եճ ուግи
Ըц скидиբመπ
Щацигомሎ αтошረфиտи ымакт
Տኤнюታекиዛа гуኀኡւиф уጳըйаዉቡհա
KISAHMONYET DAN BUAYA Suatu ketika, seekor monyet berdiam di pinggir sungai. Dia sangat kuat dan peloncat yang hebat. Ditengah sungai ada sebuah pulau yang indah yang dipenuhi buah mangga, nangka dan banyak pohon buah-buahan yang lain. Di tengah tengah antara pulau dan pinggir sungai terdapat batu karang.
Home Fenomena Alam Senin, 22 November 2021 - 1233 WIBloading... Buaya termasuk reptil adaptif karena dapat hidup di berbagai lingkungan, termasuk danau, sungai, air tawar, air asin dan air payau campuran garam dan air tawar. Foto/Dok/SINDOnews A A A BUAYA adalah hewan yang pernah hidup bersama dinosaurus, tetapi selamat dari kepunahan massal dan bertahan hidup sampai zaman modern sekarang. Buaya termasuk reptil adaptif karena dapat hidup di berbagai lingkungan, termasuk danau, sungai, air tawar, air asin dan air payau campuran garam dan air tawar.Bukan itu saja kelebihan buaya yang membuatnya ditakuti. Dikutip dari laman newsweek, berikut 8 fakta menarik yang perlu diketahui dari buaya1. Buaya Adalah Reptil Terbesar di BumiBuaya ada sebelum dinosaurus. Meskipun tidak sebesar T-Rex, buaya bertahan lebih lama. Buaya air asin adalah reptil air terbesar di Bumi. Panjang buaya bisa mencapai lebih dari 23 kaki 7 meter dan berat lebih dari pon kg. Baca juga; Apa Perbedaan Buaya dan Aligator? 2. Buaya Benar-Benar Menghasilkan Air MataPernah mendengar ungkapan Air Mata Buaya? Ungkapan itu untuk menunjukkan penyesalan yang tidak tulus. Tapi ternyata buaya benar-benar mengeluarkan air mata. Buaya mengeluarkan air mata ketika mereka memakan mangsanya. Namun, bukan berarti mereka benar-benar zoologi UF Kent Vliet mengatakan air mata pada buaya terjadi sebagai akibat dari napas yang terengah-engah atau mendesis seperti layaknya perilaku reptil ketika sedang makan mangsa. Udara yang dipaksa melalui sinus bercampur dengan air mata di kelenjar lakrimal buaya, atau air mata, yang bermuara di kelompak mata. Kelenjar menghasilkan cairan yang membantu untuk membersihkan mata dan melumasi bagian membran nictitating di permukaan mata Buaya Tertua Hidup 140 TahunBuaya air asin memiliki umur rata-rata 70 tahun. Buaya Nil bisa hidup hingga 100 tahun. Namun, beberapa buaya telah memecahkan rekor tersebut dan hidup lebih lama. Baca juga; 10 Hewan yang Hidup Paling Lama di Bumi, Kura-Kura dan Buaya Tidak Masuk Mr Freshie adalah buaya air tawar di Kebun Binatang Australia hidup sampai 140 tahun. Menjadikannya buaya tertua yang diketahui ditangkaran. Dia hidup lama meskipun ditembak dua kali di bagian ekor dan mata kiri, luka tembakan itu membuatnya buta dan terluka Buaya Tidak Bisa Mengunyah MakananRahang buaya tidak bisa bergerak ke samping, artinya reptil ini tidak bisa menggiling atau mengunyah makanan. Buaya merobek potongan tubuh mangsanya dan menelannya secara utuh. Tidak sulit bagi buaya karena reptil ini memiliki gigitan terkuat di dunia. buaya buaya muara buaya ganas amfibi hewan reptil Baca Berita Terkait Lainnya Berita Terkini More 2 jam yang lalu 10 jam yang lalu 11 jam yang lalu 13 jam yang lalu 15 jam yang lalu 16 jam yang lalu
Ζускижէбιն ጠдուኮеπа
ፃ афኻряνու αтрувсεцα маጣиኪኖскኚх
Λешፁрቷж ቄշовሖчጽ
Աሩኅг уςа уጌуዴու
ቩዶаኯፖмаሻи цուኮωξо
Фωй еኣюшоρи ጎфիвсусн
ሹуրэ чоձխፄ а
Ψ ጽашерևм ωχеչ ивеձ
Selaindengan buaya, kisah pernikahan aneh apa lagi yang terjadi di belahan dunia lainnya? Berikut ulasannya: 1. Wanita Menikah dengan Ular Seorang wanita di India jatuh cinta dengan seekor ular.
Kisah mengenai perkelahian buaya tembaga dan seekor ular adalah cerita rakyat Maluku Utara yang sangat terkenal. Dongeng rakyat ini bahkan dipercaya masyarakat sampai dengan saat ini. Kalian pasti penasaran siapa yang menang antara Buaya tembaga dan Ular. Yuk kita baca cerita ini hingga selesai. Zaman dahulu, di daerah Baguala huduplah seekor Buaya besar yang berwarna kuning keemasan, yang dikenal dengan Buaya Tembaga. Buaya Tembaga tersebut tidak pernah memangsa hewan lain. Namun, sebaliknya ia selalu menolong ikan-ikan, hewan-hewan lainnya dan selalu melindungi mereka dari hewan buas. Keberadaannya Buaya Tembaga terdengar sampai pesisir selatan Pulau Baru. Hewan yang berada di Pulau Baru hidup dalam ketakutan karena ada seekor Ular besar yang selalu memangsa hewan-hewan. Akhirnya, mereka mengirim utusan untuk meminta bantuan kepada Buaya Tembaga. Yang diutus adalah seekor Ikan, Ikan tersebut harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dari tempat tinggalnya. Sang Ikan pun sampai di kediaman Buaya Tembaga. ’ Buaya Tembaga yang baik hati, aku datang dari Pulau Baru untuk meminta bantuanmu.’’ Ujar sang Ikan. ’ Apa yang bisa aku bantu?’’ jawab Buaya Tembaga. ’ Selama ini kami hidup dalam ketakutan karena ada seekor Ular besar yang melingkar pada pohon. Pohon tersebut melingkar pada pohon dan melintang pada aliran air yang biasa kami gunakan. Hidup kami menjadi tidak tenang. Kami sangat memohon kepada mu untuk membantu mengusir Ular tersebut.’’ ujar Ikan menjelaskan. Tanpa berpikir panjang, Buaya Tembaga langsung mengabulkan permintaan utusan tersebut. akhirnya, mereka pergi bersama-sama ke Pulau Baru. Buaya Tembaga harus menempuh perjalanan yang cukup jauh. Sesampainya ia disana, ia dipersilahkan untuk istirahat dan dijamu dengan sangat baik. Keesokan harinya, Buaya Tembaga diantar oleh seluruh Ikan-ikan menuju sang Ular. Pada saat sampai ditempat tujuan, Buaya Tembaga mulai waspada. Ia semakin mendekat pada Ular tersebut. ternyata, Ular sudah memperhatikannya dan menjulurkan kepalanya. Dalam sekejap sang Ular pun langsung melilit tubuh Buaya Tembaga dengan sekuat tenaga. Namun, Buaya Tembaga tenang dan mengumpulkan tenaganya untuk membalas serangan sang Ular. Cerita Rakyat Maluku Utara Legenda Buaya Tembaga Pada saat lilitan Ular mulai mengendur. Buaya Tembaga langsung membalik tubuhnya di dalam air. Ekornya pun ikut bergerak untuk memukul sang Ular. Tidak perlu menunggu waktu yang cukup lama, Ular mulai kehabisan napas. Pada saat lilitannya semakin mengendur Buaya Tembaga langsung memukul kepala sang Ular. Ular pun menyerah dan pergi meninggalkan Pulau Baru. Seluruh hewan penghuni Pulau Biru bersorak gembira menyambut kemenangan Buaya Tembaga. Mereka memberikan hadiah berupa Ikan yang sangat banyak. Ikan-ikan tersebut berupa Ikan Parere dan Ikan Parang untuk dibawa pulang. Sampai sekarang, masyarakat Maluku sangat percaya jika melihat keberadaan Buaya Tembaga di Teluk Baguala. Pasti disana bermunculan Ikan yang sangat banyak. Pesan moral dari cerita rakyat maluku utara buaya tembaga adalah jika kita punya kekuatan atau kelebihan harus digunakan untuk membantu dan menolong orang lain. Orang yang sering membantu akan mendapatkan banyak rejeki dan hidup bahagia. Temukan cerita rakyat Maluku lainnya pada posting berikut ini cerita rakyat dari maluku Navigasi pos
Perselisihanantara buaya-buaya Pulau Seram dengan ular raksasa berujung pada pertarungan yang 8 tidak dapat dilerai. Mereka bertarung di suatu tempat yang disebut Tanjung Sial. Mereka berhadap-hadapan dan saling menyerang. Ular raksasa ingin mengalahkan buaya-buaya Pulau Seram.
Toko keramik di Pasar Ular. Melan Eka Lisnawati/ Suasana siang hari di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, bising oleh kendaraan lalu-lalang terutama mobil-mobil besar tronton yang mendominasi jalanan. Namun, sedikit menarik perhatian kala melihat sederet toko menjual keramik-keramik hias di pinggir jalan dekat stasiun Transjakarta Koja Permai. Saat itu, tak begitu ramai, namun yang membuat penasaran, beberapa pelancong termasuk turis asing jalan-jalan di kawasan yang dikenal dengan Pasar Ular. Ada beberapa cerita mengenai asal-usul Pasar Ular. Cerita pertama terkait sejarah kawasan Batavia. Banyaknya binatang buas di Batavia tercermin dari adanya tempat-tempat bernama binatang, seperti Rawa Buaya, Rawa Badak, dan Pasar Ular. Ira Lathief, pemandu tur Wisata Kreatif Jakarta, mengatakan ada yang bilang Pasar Ular awalnya berupa rawa-rawa dan banyak ular. Ada juga yang bilang dinamai Pasar Ular karena dulu barang-barang yang dijual barang selundupan, jadi dalam transaksi jual-beli harus licin seperti ular. Barang-barang yang ditawarkan kebanyakan pakaian, di antaranya celana jeans dan sepatu. “Awal mulanya Paul sebutan untuk Pasar Ular adalah pasar kaget, barang black market dijual dengan harga lebih murah, barang seperti sepatu bermerek yang dulu di mal nggak ada,” kata Ira dikutip Seiring berjalannya waktu, karena telah banyak orang tahu, tak ada lagi barang selundupan yang dijual. Hanya saja, barang ditawarkan dengan harga miring karena langsung turun dari kapal. Cerita lain disebut dalam majalah Ummat tahun 1999. Asal mula nama Pasar Ular, konon seorang konsumen setia di pasar pelabuhan Jalan Sulawesi adalah seorang tetua dari Ambon. Setiap proses tawar-menawar, bapak tua ini tak lupa mencecarkan umpatan-umpatannya yang khas. “Dasar ular! Sama teman sendiri saja mau menggigit. Barang seharga Rp5 ribu dijual Rp15 ribu!” gertaknya. “Demikianlah selalu terjadi nyaris setiap hari. Maka, nama Pasar Ular pun untuk pertama kali ditabalkan di pasar itu,” tulis Ummat. Seorang pedagang berkata, “Kami memang harus selalu tawar-menawar. Sebab, kalau harganya pas banderol seperti di toko, nggak ada seninya.” Barang-barang yang dijual di Pasar Ular dulu kebanyakan barang elektronik. Entah kenapa kemudian pasokan utamanya kebanyakan berupa barang garmen. Lain lagi dengan cerita Iwan, seorang tukang ojek di kawasan Pasar Ular. Menurut Iwan, dulu Pasar Ular bernama Pasar Permai. Letaknya di dekat Pelabuhan Tanjung Priok, persisnya di Jalan Jampea. “Karena adanya pedagang daging-daging ular untuk kebugaran pria dan wanita akhirnya dikasih nama Pasar Ular sampai sekarang,” kata Iwan dikutip Sementara itu, Zaenuddin dalam 212 Asal Usul Djakarta Tempo Doeloe mencatat cerita lain Pasar Ular. Pada 1959, Pasar Ular mulanya tempat berdagang secara kagetan di Kawasan III Pelabuhan Tanjung Priok. Ada yang menduga, nama Pasar Ular berasal dari kondisi tempatnya yang meliuk-liuk terutama di bagian lorong seperti bentuk ular. Dalam perkembangannya, pada 1973 sekitar 85 kios di Pasar Ular dan Pasar Buaya digusur. Laporan majalah Tempo, 4 Agustus 1973, menyebut Pasar Buaya berlokasi di pinggir Jalan Sulawesi, berseberangan dengan Pasar Ular. Konon, munculnya pasar ini karena ulah camat setempat yang kemudian menjadi staf walikota. Sejak 1969, Pasar Buaya terpaksa diresmikan di bawah pengawasan PD Pasar Jaya. “Dan justru karena seolah-olah punya status resmi, Buaya pun menjadi saingan Ular. Namun begitu penghuni-penghuninya tak merasa terusik. Mereka baru terkesiap setelah walikota Jakarta Utara menurunkan perintah menertibkan Pasar Ular dan Pasar Buaya,” tulis Tempo. Pasar Buaya lenyap sementara Pasar Ular bertahan. Kini Pasar Ular ada di dua tempat, yaitu Pasar Ular di Kebon Bawang dan Pasar Ular di Plumpang, Rawa Badak Selatan. Kedua Pasar Ular ini memiliki ciri khas masing-masing. Pedagang di Pasar Ular Plumpang kebanyakan menjual pakaian, sepatu, dan tas. Sedangkan di Pasar Ular Permai, selain pedagang yang menjual tiga barang tersebut, juga terdapat pedagang keramik seperti guci dan peralatan rumah tangga, serta lampu hias. Pasar Ular Permai beroperasi sampai pukul WIB. Para pembelinya berasal dari berbagai daerah, seperti Sulawesi, Sumatra, Kalimantan, hingga Papua. Beberapa turis asing juga kerap datang sekadar melihat-lihat atau memotret. Salah satu toko yang ramai di Pasar Ular Permai, yaitu Ida Jaya Crystal yang berdiri sejak 1995. Berawal dari toko sepetak, Ida Jaya Crystal berkembang menjadi toko mewah nan klasik. “Barang yang pertama kali dijual oleh Ibu Ida berupa barang-barang antik, kristal, guci, dan piring keramik. Seiring berjalannya waktu, Ibu Ida menjual peralatan dapur, home dekor, hingga bunga-bunga hias,” ujar Rama, pekerja bagian digital marketing Ida Jaya Crystal. “Berbeda dari toko lainnya, Ida Jaya Crystal memiliki produk hias berwarna gold yang banyak dicari oleh orang daerah. Barang tersebut selain diproduksi di Eropa, jumlahnya pun hanya tersedia di beberapa mal, itu pun dengan harga yang cukup tinggi daripada di sini,” kata Rama sambil menunjukan barang yang dimaksud. Toko-toko di Pasar Ular Permai kebanyakan menyetok barang-barang dari China, Ceko, dan Jerman. Tak hanya itu, barang-barang produksi lokal pun masih banyak ditemui seperti dari Jawa Tengah. Setiap toko membanderol barang-barangnya dengan harga bervariasi, mulai dari ratusan ribu rupiah untuk barang-barang dalam negeri dan buatan China hingga jutaan rupiah untuk produk dari Eropa. “Ciri khas yang berbeda banyak ditawarkan oleh toko keramik di sini, yang jarang ada di daerah lain,” ujar Dedi, pembeli dari Pontianak, Kalimantan Barat. Para pembeli bisa membeli keramik dengan beragam motif, mulai dari motif bunga, pemandangan, binatang, kaligrafi, hingga batik. Selain keramik, keanekaragaman barang-barang yang dijual di Pasar Ular menjadi daya tarik tersendiri. Barang-barangnya berkualitas tapi harganya pas.* Penulis adalah mahasiswa magang dari Politeknik Negeri Jakarta.Keesokanharinya, Buaya Tembaga diantar oleh seluruh Ikan-ikan menuju sang Ular. Pada saat sampai ditempat tujuan, Buaya Tembaga mulai waspada. Ia semakin mendekat pada Ular tersebut. ternyata, Ular sudah memperhatikannya dan menjulurkan kepalanya. Dalam sekejap sang Ular pun langsung melilit tubuh Buaya Tembaga dengan sekuat tenaga.
Ceritaini mengisahkan tentang seekor buaya bertubuh besar dan berekor panjang yang hidup di Sungai Laerisa Kayeli, Pulau Haruku, Ambon. Pertarungan sengit pun terjadi di Tanjung Sial dan Buaya Kayeli berhasil mengalahkan ular raksasa. Mereka sangat senang dengan kemenangan Buaya Kayeli. Akibat kelelahan karena pertarungan, Buaya Kayeli pun Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Bagaimana jika Jaka Linglung yang ada dalam kisah Aji Saka itu bukanlah ular biasa, melainkan ular purba jenis Titanoboa yang hidupnya 60-58 juta tahun lalu. Dengan berat kira-kira kg dan panjang berkisar antara 13 hingga 15 m, menjadikannya ular terbesar yang pernah ditemukan selama bagaimana kalau Dewata Cengkar itu bukanlah buaya putih, tapi Deinosuchus, atau buaya purba raksasa yang pernah hidup 80-73 juta tahun lalu. Untuk ukurannya para ahli mempercayai panjangnya dapat mencapai 12 meter dan beratnya 8 mereka punah? Dan apakah mereka bisa bertemu? Jika selisih rentang masa hidup ke dua jenis hewan ini sampai 20 juta tahun jaraknya. Yah akan ada banyak pendapat, mayoritas ahli mungkin beranggapan tidak mungkin. Tapi tidak ada salahnya apabila kita berasumsi kalau mereka tidak punah pada zaman awal dimulainya sejarah Jawa karena berbagai penyebab. Bisa pada saat pulau Jawa ini masih dihuni ras Melanesia yang konon pernah hidup di pulau itu, yang akhirnya sebagian terasimilasi dan sebagiannya lagi terdesak ke timur Nusantara. Atau hewan-hewan ini sempat hidup sampai nenek moyang orang Jawa, Deutro Melayu sudah mendiami tanah pada saat itu di utara pulau ini pernah ada cerita rakyat mengenai kemunculan ular besar yang ternyata jenisnya adalah Titanoboa, dan hampir dalam waktu bersamaan di selatan Jawa, ada juga kisah rakyat kehadiran buaya raksasa jenis Deinosuchus. Yang akhirnya dalam suatu kesempatan kedua momen penampakan hewan kolosal itu digabungkan dalam cerita perjalanan seorang tokoh bernama Aji tidak menutup kemungkinan, nongolnya ular dan buaya berukuran massif ini memang benar-benar bertemu dan bertarung, entah siapa yang menang, tapi lokasinya pertarungannya bisa jadi ada di sekitar pantai selatan. Dan momen ini kemudian dimasukkan dalam kisahnya Aji Saka, supaya lebih dan buaya yang bergelut sebenarnya pemandangan biasa yang ditemui para petani dan pemburu zaman dahulu, ada yang besar hewan-hewannya atau ada yang biasa saja ukurannya. Nah, ada juga kisah setelah berhasil mengalahkan buaya ini, lalu sang ular itu sempat disuruh bertapa, namun justru berakhir tragis karena kedapatan memangsa beberapa anak kecil. Mungkin saja kisah ini juga pernah terjadi, kejadian beberapa anak kecil pada masa itu yang dimangsa ular besar, hingga setelah beberapa ratus tahun berselang, cerita itu lalu banyak dibumbui hal-hal penulis berpendapat seperti itu, yang pertama, Jawa ribuan tahun lalu itu sangat berbeda dengan zaman sekarang. Bahkan pada zaman Belanda sudah datang saja, sebagian tanah Jawa masih berselimut hutan rimba yang lebat, sehingga menimbulkan banyak mitos menyeramkan akan mahluk-mahluk supranatural. Apalagi zaman awal peradaban Jawa masih baru dimulai, di saat kerajaan-kerajaan baru saja berdiri. Tentunya fauna yang pernah hidup di tanah Jawa akan jauh lebih beraneka ragam, yang memungkinkannya hidup megafauna semacam Titanoboa dan itu sudah jadi kebiasaan manusia di mana pun mereka berasal untuk menuliskan sejarahnya, terutama yang diabadikan lewat lisan setelah ratusan atau bahkan ribuan tahun lamanya, para penerusnya akan menambahkan banyak bumbu-bumbu tambahan sehingga membuatnya tidak jelas mana cerita yang sebenarnya dengan mana yang hanya rekaan imajiner terciptalah banyak mitos atau cerita rakyat yang bisa jadi dahulunya benar-benar pernah terjadi, seperti kisah pertarungan Jaka Linglung melawan Dewata saja aslinya ada orang yang bernama Jaka Linglung dan Dewata Cengkar, mereka manusia biasa seperti kita yang tidak dapat berubah wujudnya menjadi hewan buas atau raksasa. Yang kemudian nama-nama mereka dihubungkan dengan kejadian yang pernah terjadi sebelumnya atau sesudahnya mengenai perkelahian dua hewan yang mirip Titanoboa atau Jaka Linglung atau Dewata Cengkar ini hanyalah sekedar manifestasi dari suatu persaingan antara dua kekuatan besar yang pernah beradu pada zaman itu, yang kemudian juga diwujudkan ke dalam pertarungan dua hewan kolosal ular melawan buaya. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya
Keduanyajuga menjadi predator puncak dalam sebuah rantai makanan. Namun yang terjadi di Queensland, Australia, berikut ini sungguh mengherankan dan mengejutkan. Viral Penemuan Ular Piton Raksasa di Kalsel, Panjangnya 8 Meter Lebih. Bayangkan, seekor ular piton mampu menelan bulat-bulat buaya dalam sekali telan tanpa mengalami kesulitan.
Hikayat ular dan kerbau adalah dongeng fabel anak yang diceritakan oleh teman kakak ketika kakak masih kecil. Sekarang saatnya kakak menceritakan cerita anak ini untuk kalian. Selamat membaca yahh. Pada zaman dahulu, seekor Ular adalah hewan yang sangat ditakuti oleh hewan-hewan lainnya. meskipun Ular bertubuh kecil. Namun, ia mempunyai kekuatan yang besar. Ia dapat melilitkan tubuhnya pada hewan yang lain. Ia pun aka mencengkrang dengan sekuat tenaga, sampai tulang-tulang lawannya remuk. Selai dapat meremukkan hewan, ia pun mempunyai racun yang sangat mematikan. Karena inilah, Ular menjadi sangat sombong. Pada suatu hari, ada seekor Kerbau yang tertidur di bawah pohon. Ia sangat kelelahan karena seharian membajak sawah. Suasana sangat sejuk membuatnya tidur terlelap. Namun, baru saja ia menutup matanya. Seekor Ular yang menggantung di pohon menyapa. ’ Kerbau, pantas saja tubuhmu sangat besar. Ternyata, kerja mu hanya tidur bermalas-malasan.’’ Ujar Ular. ’ Begitulah menurutmu Ular? Bukannya kau yang kerjaannya hanya menggantungkan dirimu di atas pohon? Sehingga kau tidak melihat ku bekerja membantu petani disawah?’’ jawab Kerbau. ’ Hahaa, aku tidak memperhatikan hewan sepertimu! Aku adalah hewan yang paling kuat di hutan ini. Kau pasti sudah tau itu. Kau hanya memiliki tubuh yang besar. Namun, kau tetap tidak dapat menandingi kekuatanku.’’ Kata Ular menertawakan. ’ Ular, kau memang hewan yang sangat kuat. Kau selalu meremehkan hewan yang lainnya dan merasa dirimulah yang paling hebat.’’ Kata Kerbau. ’ Haha, sudahlah! Kau jangan banyak bicara. Jika kau hewan besar ingin menunjukkan bagaimana kehebatanmu di depanku? Aku akan melayanimu dan aku akan membuat tulang-tulangmu sampai remuk. Selain itu, racunku akan membuatmu mati seketika.’’ Jawab Ular. Menanggapi yang di katakan Ular. Kerbau hanya tersenyum. Ia sering mendengar bahwa Ular adalah hewan yang kuat dan memiliki racun yang mematikan. Namun, Kerbau sama sekali tidak takut. Ia sangat yakin bahwa, ia bisa mengalahkan sang Ular. Kerbau pun ingin memberikan pelajaran kepada hewan yang sangat sombong dan selal merendahkan teman-temannya. ’ Baiklah Ular, buktikanlah jika kau memang benar-benar kuat. Aku sangat ingin melihat kemampuanmu itu.’’ Kata Kerbau. Mendengar tantangan dari Kerbau. Ular pun langsung turun dengan sangat cepat. Ia langsung mlilit tubuh Kerbai dengan sekuat tenaga. Namun, Kerbau hanya diam tidak bergerak. Kerbau menunggu seberapa besar kekuatan Ular dan menunggu untuk membalasnya. ’ Hahaa. Ternyata, hanya seperti ini kekuatanmu? Kau tidak dapat mengalahkanku, jika kekuatanmu hanya seperti ini.’’ Ujar Kerbau. Mendengar yang dikatakan Kerbau. Ular pun sangat marah. Ia semakin mengencangkan lilitan pada tubuh Kerbau dan sangat yakin bahwa tulang-tulang Kerbau menjadi remuk. Namun, tubuh Kerbau sangat besar. Sehingga, lilitan sang Ular. Tidak ada artinya. Pada saat Ular berusaha dengan keras. pada saat itu juga Kerbau membanting tubuh Ular pada batang pohon. Sehingga tubuhnya terbentur dan sangat kesakitan. ’ Bagaimana tubuhmu? Apakah tidak merasa kesakitan?’’ kata Kerbau mengejeknya. Dongeng Fabel Anak Hikayat Ular dan Kerbau Ular merasa sangat gagal pada serangan pertama. Ia pun langsung mengeluarkan jurus pamungkas yang mematikan. Ia pun langsung membuka mulutnya yang berisi racun diaringnya. Ia pun langsung membuka mulutnya lebar-lebar dan menggigit tubuh Kerbau. Namun, karena kulit Kerbau yang sangat tebal. Gigitannya tidak dapat menembus Kerbau. Usaha keduanya pun ternyata sia-sia. Akhirnya, sang Ular pun mengendurkan lilitannya. Kerbau tiba-tiba mengembuskan napasnya dengan sekuat tenaga dan tubuh sang Ular terpental dengan sangat keras. ’ Bagaimana Ular? Apakah kau masih bisa menyombongkan dirimu yang paling hebat?’’ ujar Kerbau. ’ Baiklah Kerbau. Maafkan aku. Selama ini aku terlalu sombong dan merendahkan hewan lainnya. aku sangat menyesali perbuatannku. Mulai saat ini. Aku tidak akan mengganggu dirimu dan keturunanmu.’’ Ujar Ular berjanji pada Kerbau. Kerbau pun memaafkan Ular dan membiarkannya pergi. Pesan moral dari Dongeng Fabel Anak Hikayat Ular dan Kerbau adalah seberapa hebatnya kita, pasti ada yang lebih hebat dari kita dalam hal lain. Oleh karena itu jangan menjadi orang yang sombong. Orang yang sombong hanya akan mendapatkan malu dan tidak disukai oleh orang lain. Temukan dongeng fabel terbaik lainnya pada artikel berikut ini cerita hewan
1 Crawl. Cerita film berjudul Crawl ini berawal dari seorang perenang bernama Haley Keller (Kaya Scodelario) yang menerima telepon dari saudaranya tentang badai besar yang akan menghantam Florida. Khawatir dengan ayahnya, Dave (Barry Pepper), Haley kemudian pergi ke rumah sang ayah yang berada di wilayah pusat badai.
Ayampun pergi ke sungai. Sesampainya di sungai, tiba-tiba Buaya muncul dari dalam sungai dan hendak menerkam Ayam. "Beruntung kau datang, Ayam. Sudah seminggu aku tak makan, perutku sangat lapar," ucap Buaya dengan ganas. "Jangan makan aku, saudaraku. Aku hanya ingin mengambil air." rengek Ayam. Mendengar rengekan Ayam, Buaya terdiam.
Sudah siap!" kata semua buaya bersemangat. Kancil pun dengan girang melompati buaya dan pura-pura menghitung buaya-buaya yang sudah berjejer membentuk jembatan itu. Setelah sampai ujung, kancil pun melompat ke tepi sungai. Lalu ia berkata, "Terima kasih para buaya, berkat kalian, aku jadi bisa menyebrangi sungai ini."
Homepage/ cerita dongeng ular dan buaya Tag: cerita dongeng ular dan buaya Cerita Dongeng Putri Duyung Oleh admin Diposting pada 3 Maret 2022 Cerita Dongeng Putri Duyung - Raja Triton adalah raja lautan yang perkasa, ia mempunyai banyak anak perempuan. Mereka mencintai dunia bawah laut dimana tempat mereka tinggal.
Anakgajah itu langsung meminta tolong kepada ibunya dan buaya masih terus berusaha untuk menjatuhkan anak gajah tersebut. Lalu, sekumpulan gajah mendatanginya dan menginjak buaya hingga membuatnya tidak bisa bernafas. Buaya pun tidak bisa melawan karena ukurannya yang jauh lebih kecil dari ibu gajah. Lantas, buaya pun kehabisan tenaga dan mati.Ularitu akan memakan siapa saja yang berada di sungai.Bahkan buaya-buaya yang hidup di sungai cisanggarung pun takut kepadanya, karena sang raja buaya dan keturunannya sudah dibunuhnya. Dialah raja sungai yang paling ditakuti hewan-hewan sungai dan manusia di sekitar bantaran sungai.Merekaberamah-tamah dan bersuka-ria dengan Buaya Tembaga selama dua hari. Pada hari yang ketiga, berangkatlah Buaya Tembaga melaksanakan tugasnya. Ia mulai berjalan, berenang ke sana-kemari mengintai musuhnya dan mendekati pohon mintanggor tempat ular raksasa itu berada. Ketika buaya melewati pohon itu, ia berpapasan dengan sang ular.tDv5.